Chapter Fifteen

49 14 0
                                    

💫 Terkadang perasaan dapat mendominasi begitu liar hingga ia tak menyadari jika raga pun ikut mendatangi sang pemilik hati.💫

***

Kedua pasang sol sepatu saling bergesekan dengan jalan ber-paving, menendang kerikil kecil yang berusaha melukai kaki namun berakhir hancur terlindas menjadi debu dan bersatu dengan udara.

Disinilah Soya dan Dokter UKS sekarang, didepan gerbang putih yang menjadi pembatas rumah mewah Soya.

Soya membuka gerbang itu pelan, terdengar suara gerit yang lumayan keras dari engsel gerbang. Soya dan Dokter UKS pun masuk kedalam.

Dokter UKS mengetuk pintu rumah mewah ber-cat putih itu dengan setengah tenaga, menunggu sang empu pemilik rumah keluar.

Nenek Soya yang tengah merajut segera menghentikan aktivitasnya dan membukakan pintu bagi tamu yang mengetuk, ia terkejut karena sang nenek mendapati Soya dalam keadaan kacau dan perempuan paruh baya bersamanya.

"Permisi Bu. Saya Dokter UKS dari sekolah Gemilang." Ucap Dokter UKS itu memperkenalkan diri.

"Ada apa dengan soya?" Tanya sang nenek sambil memasang wajah khawatir.

"Dia tidak kenapa-napa, Nek. Saya menyarankan Soya untuk pulang lebih cepat, karena ..." Lalu Dokter UKS itu pun menjelaskan tentang kejadian hari ini diikuti dengan bully-an dari Yuna.

"Jadi begitu. Maafkan saya bu, karena harus mengantarkan cucu saya sampai di rumah," kata nenek setelah Dokter UKS selesai menjelaskan. Setelah itu Dokter UKS pun mengangguk dan menyerahkan soya yang masih ketakutan dan neneknya pun berkata, "tidak apa-apa, nenek tidak perlu risau." Dan Soya pun mengangguk.

"Nek, soya, saya izin pamit undur diri karena saya masih banyak pekerjaan disekolah." kata Dokter UKS.

"Baiklah, sekali lagi terima kasih." Kata nenek lalu ibu UKS itu pun pergi.

"Oh iya, sekali lagi terima kasih ya, Bu." Ujar nenek Soya.

Soya yang keadaannya masih lemahpun diantar neneknya ke dalam kamar.

"Nek, Soya mohon jangan lapor sama ayah dan bunda ya."

"Kenapa nak?  Biar yang bully kamu nanti dapat pelajaran yang setimpal."  nenek menjadi tak tega.  Keadaan Soya sangat begitu kacau.  Wajah memar, bibir pucat, rambut acak-acakan dan bajunya sedikit robek.

"Soya gak mau ayah dan bunda khawatir sama Soya nek.  Biar mereka tidak tau apapun yang Soya alami." Tatapan sendu sangat kentara di raut wajah nenek.

"Iya nak. Nenek gak akan bilang sama ayah dan bundamu. Tapi kalau kamu punya masalah sama Si Yuna Yuna itu, bilang ya sama nenek, jangan dipendam sendiri." Ujar nenek seraya mengelus pucuk rambut Soya.

"Nek, Soya sama sekali gak ada masalah. Soya aja baru tau ada yang namanya Yuna." Ungkap Soya jujur.

"Loh, bagaimana bisa?" Dahi nenek mengernyit karena bingung.

"Soya juga gak tau, nek. Mungkin Yuna cemburu sama Soya "

"Cemburu?"

"Iya nek cemburu, mungkin karena pacarnya beberapa hari ini deket sama Soya, tapi dekatnya juga karena kita satu olimpiade kok nek, gak deket dalam arti lain."

"Berarti kamu kedepannya harus berhati-hati ya." Ujar nenek Soya dengan tersenyum lembut.

"Iya nek, siyaaaap." Kata Soya diselingi kekehan kecil.

"Yaudah nenek ke dapur mau masak buat kamu dulu. Kamu istirahat aja ya, biar cepat sembuh." Lalu tanpa kata nenek soya melenggang pergi ke dapur.

Soya berdiri dan menatap dirinya dibayangan cermin, satu kata menggambarkan dirinya sekarang yaitu MIRIS.

Conquered Her Love [ON REVISION]Where stories live. Discover now