63

2.7K 164 10
                                    

Ayo vote dan komennya, aku harap kalian tau bagaimana menghargai karya orang:)🖤

***
"Maapin gue ya," Lirih Raffi, masih sambil memeluk Bunga erat.

Nafas Bunga tercekat sesaat. Tubuhnya sama sekali tidak memberontak dalam pelukan itu, ia hanya ingin membiarkan itu beberapa detik saja.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Bunga berdehem, ia mendorong Raffi pelan. Menciptakan lagi jarak diantara mereka.

"Bung.." Panggil Raffi sambil menatap manik coklat tua itu. Bunga mendongak balas menatap Raffi. "Gue pamit pulang," ucap Bunga lalu berjalan melewati Raffi begitu saja.

Raffi masih terdiam disana, bahkan semenit setelah Bunga meninggalkannya. Lelaki itu ingin sekali berteriak memanggil nama Bunga, namun entah kenapa lidahnya terasa kelu.

"Ngapa lo?" Tanya Leon sambil menepuk pundak Raffi. Leon Darata adik kelasnya, blasteran amerika-indo. Ketua ekskul seni dan salah satu anggota basket yang baru bergabung beberapa minggu lalu.

Lelaki bermanik hitam jelaga itu menggeleng lemah, "gapapa." Balasnya singkat.

"Jawaban lo kayak cewek labil yang lagi ngambek pengen dibeliin seblak."

Raffi langsung melayangkan tatapan nyalangnya. "Lo berani sama gue?"

Leon langsung terkekeh. "Serius amat dah lo,"

Raffi diam tak menggubris, ia kembali menatap punggung Bunga yang berjalan menjauh dari area tribun, sepertinya gadis itu akan ke UKS menyusul Wildan dan Nissa.

"Woi ayo bantu nih ngangkat mereka!" Tintah Raja, sambil menunjuk tiga lelaki pembuat onar yang merusuhi tribun sekolah mereka. Raffi menatap tiga pemuda yang mencoba berontak dari ikatan tali, ia mencoba berfikir apa motif dari tiga pelaku ini merusak jendela-jendela tribun dan melukai Nissa.

Tapi entahlah, Raffi enggan berfikir lagi, rasanya ia lelah sekali. Lelaki itu hanya menuruti Raja membantu membawa ketiga pemuda itu ke ruang OSIS untuk di interogasi.

***
Bunga dan Novita berada di dalam ruang UKS, bersama Nissa dan Riska. Ketiga gadis itu baru saja menjenguk Nissa yang mengalami cidera ringan di pelipisnya. "Menurut lo kenapa mereka buat onar di tribun? Dan sampai bikin lo luka gini?" Tanya Novita pada Nissa. Alis Nissa menukik tajam, pertanyaan Novita sudah seperti seorang reporter, gadis itu merasa kalau dia adalah seorang korban kerusuhan di sekolahnya. Menyebalkan

"Menurut gue mereka juga yang ngerusak banner sama pagar kemaren lusa,"

Riska menatap Nissa heran, "serius, tau darimana lo?"

"Mereka pasti udah ngerencanain itu."

Bunga mendengus kesal. "Udahlah gausah dibahas istirahat aja lo." Ucap Bunga.

Novita mengangguk, "Iya lo harus istirahat, kita kan mau camping sabtu ini." Timpal Novita dengan antusias.

Bunga hanya tersenyum tipis, ia baru saja berfikir bahwa ia tidak akan ikut liburan itu. Ia malas bertemu Raffi, paling parahnya adalah ia malas bertemu dengan Renata andai saja Raffi membawa pacar barunya itu nanti.

Pacar baru, ya?

Gadis itu ーRenataー anak baru di kelasnya mengiriminya pesan di malam hari setelah ia putus dengan Raffi, gadis itu bilang ia dan Raffi sudah jadian dan itu adalah alasan mengapa Raffi megantarnya pulang sekolah siang itu.

Lalu kenapa Raffi tiba-tiba ada di rumahnya saat itu kalau lelaki itu sudah jadian dengan Renata. Atau paling parahnya kenapa Raffi memeluknya tadi ーbeberapa menit lalu. Hanya untuk meminta maaf kah? Berbagai pemikiran mulai berseliweran di otaknya hanya tentang satu objek, Raffi. Kenapa Bunga tidak bisa berhenti memikirkan apa yang membuatnya sakit hati, payah.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang