6. Pemberi Rasa Nyaman

Mulai dari awal
                                    

Dua piring berisi mi instan goreng yang dibagi rata dan telur mata sapi yang tersaji di atas piringlah yang menyapa matanya. Pintar sekali Winter pagi ini, membuka hari dengan makanan yang sangat bergizi.

"Jam berapa ini, Dek?" tanya Summer yang sebenarnya tahu jawabannya.

"Enam," jawab Winter singkat.

"Enam pagi apa enam sore?"

"Ya, enam pagilah, Kak Sam. Lihat aja sendiri di jam dinding," kata Winter kemudian memulai makannya.

"Udah tahu masih pagi. Kenapa malah masak mi?" tandas Summer.

Winter menghela napasnya. "Lagi malas."

"Lagi malas kenapa udah rapi pagi-pagi gini?"

Mendengar itu, Winter mendelik ke arah Summer. "Kan, mau ke tante Aleta. Kak Sam jangan sok lupaan. Aku doain jadi pikun beneran nanti."

"Kalau pikun, enggak bakalan ada yang anterin kamu, lho, Dek," kelakar Summer yang tidak lagi disahuti oleh adiknya. Winter tutup telinga. Memilih melanjutkan makannya daripada tersulut emosi karena gurauan kakak laki-lakinya itu.

***

Pukul tujuh lewat tiga puluh menit pagi. Mobil SUV milik Summer melaju di jalanan kota yang tampak ramai lancar. Kali ini, Summer dengan berat hati membebaskan prasasti kesayangannya itu setelah sekian lama ia simpan di garasi rumah, agar bisa menampung Winter dan Mauza sekaligus mengantarkan mereka ke rumah sakit. Walaupun menurut pemuda itu, menggunakan skuter matik ke mana-mana jauh lebih mudah. Bisa salip sana salip sini. Membuatnya lebih luwes menghalau kemacetan.

Terhitung dua puluh menit perjalanan hingga akhirnya mobil SUV hitam itu tiba di depan lobi rumah sakit daerah. Winter dan Mauza beranjak turun dari mobil. Keduanya melangkah memasuki rumah sakit setelah sebelumnya melambaikan tangan pada Summer yang mengendarai mobil itu kembali hingga makin jauh dari penglihatan mereka.

Dengan tangan memegang secarik kertas bertuliskan ruang inap Aleta, Winter dan Mauza menyusuri koridor rumah sakit, mencari ruangan Teratai 2. Perlu diketahui, informasi penting yang satu ini Winter dapat kemarin malam ketika ia berhasil menyelinap ke kamar papanya itu dan melihat gawai Zavier yang tergeletak begitu saja di atas nakas. Dan, sesuai dugaannya, di sana terdapat beberapa chat dari Ammar--yang kerap menelepon papanya--yang bisa memberikannya informasi. Salah satunya, nama ruang inap Aleta.

"Winter!" panggil seseorang yang rupanya berjarak tiga meter darinya. Ammar yang berada di depan pintu ruang inap Aleta dengan raut wajah terkejut mendapati kemenakannya berada di sana.

Patut saja, karena gadis itu tidak ada memberi kabar apa pun kepada Aleta atau Ammar tentang rencana kehadirannya hari itu. Hanya Summer dan Mauza yang tahu.

Bergegas Winter menghampiri omnya itu. Kakak laki-laki dari Shamora--mamanya dan Aleta. Gadis bernetra cokelat terang tersebut tersenyum lebar, menyapa pria di depannya. "Assalamu'alaikum, gimana kabar Om?" tanya Winter sebelum menyalami pria dengan raut keterkejutan yang masih kentara di hadapannya.

"Wa'alaikumussalam, Winter. Alhamdulillah kabar Om baik. Gimana kabar papamu dan Summer? Terus, kenapa bisa ada di sini? Papa kamu tahukah?" serbu Ammar dengan pertanyaan sembari mengulas senyumannya. Ia kira tampang terkejut tak terlalu elok untuk digunakan sebagai sambutan. Apalagi ini, keponakannya yang sudah lumayan lama tak berjumpa dengannya.

"Papa dan kak Sam baik, Om. Sama-sama sibuk juga, yang satu bertugas yang satu lagi banyak tugas kuliah, tapiuntungnya kak Sam masih bisa nganterin Winter tadi. Masalah kenapa Winter bisa ada di sini, Winter akan tetap selalu ke sini asal Om Ammar jangan beri tahu papa dan mama. Ya, Om?" sahut Winter sekaligus mengajukan permintaan.

Dilihatnya, Ammar menganggukkan kepala setelah sempat menghela napasnya. "Eh, ini temanmukah? Aduh, Om baru lihat," kata Ammar sedang jarinya menunjuk Mauza.

Winter menganggukkan kepalanya. "Iya, Om. Namanya Mauza. Za, kenalkan ini Om Ammar saudara mamaku dan tante Aleta."

Mauza mengangguk sopan. Gadis itu juga menyalami Ammar--seperti yang Winter lakukan sebelumnya.

"Aduh, Om lupa. Kenapa kita jadi ngobrol di sini? Ya sudah, ya sudah, kalian masuk saja, ya. Om mau keluar sebentar. Di dalam juga ada tante May yang menemani tante Aleta," kata Ammar sambil terkekeh. Setelah mendapat jawaban iya dari Winter dan Mauza, pria itu berlalu dari hadapan keduanya.

Winter bergerak membuka pintu ruang inap seusai mengetuknya dan mendapatkan balasan dari salam yang ia ucapkan. Persis seperti apa yang dikatakan Ammar tadi, ada May--yang merupakan istri Ammar yang tengah berbincang dengan Aleta. Melihat wanita yang sedang terbaring di brankar itu, gadis pemilik rambut keriting panjang tersebut tak dapat menahan keinginan untuk segera memeluk Aleta.

"Tante Aleta!" pekik Winter sembari berlari kecil menghampiri Aleta, lalu meringsek maju ke rengkuhan wanita itu. Wanita yang paling ia sayangi setelah mamanya.

Sebuah usapan yang mendarat di puncak kepalanya, Winter rasakan bersamaan dengan ucapan yang merasuki indra pendengaran. "Lho, Winter kenapa bisa di sini, Sayang?" tanya Aleta dengan suara lembut yang sudah lama ia rindukan.

"Karena, Winter mau cepat-cepat lihat Tante, Winter mau jagain Tante, Winter mau Tante Aleta cepat sembuh ...," lirih gadis itu terbata-bata yang masih betah berada di pelukan Aleta. Bahkan, Aleta bisa merasakan pakaian rumah sakit yang ia kenakan basah oleh lelehan air mata dari gadis yang berada di rengkuhan. Gerak tangannya beralih mengusap lembut bahu kecil Winter yang sedikit terguncang karena tersengguk-sengguk dalam tangisnya. Menjadikan Winter tenang dengan kenyamanan yang ia berikan.

Aleta. Tempat di mana Winter bisa menemukan kenyamanan ketika sosok yang senantiasa ia harapkan kehadirannya justru jauh dari pandangan, jangkauan, dan genggaman.

"Terima kasih, Winter sudah mau ke sini untuk jenguk Tante. Doakan saja, semoga Tante bisa cepat sembuh, ya."

Winter mengangguk cepat. Tentu saja, tanpa diminta pun gadis itu akan selalu memanjatkan doa untuk kesembuhan tante kesayangannya--Aleta.

***

Terimakasih bagi yang sudah membaca ataupun yang menekan bintang dan memberi komentar.

Yang mau krisar, silakan yaaa!

6 Ramadan 1441 H
29 April 2020
-Cirat Yeha-

Winter in LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang