DI JALAN ANARKI

42 1 0
                                    

Melintasi selasar negeri akademikus
Mataku menatapku dikaca-kaca kampus
Kakiku tak mau maju
Sebelum aku mengaku siapa aku

Diseru, aku bisu
Sebuah kebingungan diantara harapan sang ibu, tentang restu yang ku pertaruhkan dalam waktu.

Diatas nama kebingungan, aku mendaulat diri sebagai pejalan, yang telah menemui banyak salam dan selamat tentang kedatangan dan kepergian, rupanya aku tak berdaya menerjang batas ketika kekuasaan telah mengambil arah lintasan.

Hanya saja, bagaimana aku bisa setuju bahwa jalan panjang masa depan adalah suatu penuntasan tentang cita-cita dan tujuan.
Maka dengan darah, maka dengan cinta, kutunjukkan pengabdian itu walau harus dijalan anarki yang berliku.

Hujan berulang datang, berulang hari, berulang sore, mewarnai poros jalan dengan bayang kuning kemerahan digenangan.
Meski lelah menoleh, aku diberdiri menatapnya berbalik dengan gersang agar semesta melihatku berlawan.

-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang