KEPADA SIAPA KATA MERDEKA

57 2 0
                                    

Jauh melampaui waktu, berteriak kata merdeka, terdengar dari suara pendiri bangsa hingga kita yang saat ini melanjutkan upacara.

Buku-buku yang kita eja mengajarkan sejarah,  melekatkan toko-toko yang pernah berdarah mengusir para penjajah.

Namun masih tak ku mengerti arti merdeka ketika mataku melihat bangsa, berserakan orang-orang elit yang mengganti penjajah.
Penjajah yang bertopeng pancasila, yang berdasi dalam drama dan berkuasa karena rupiah.

Nyata, negeri ini masih terjajah oleh kaum-kaum berada, keadilan hanya slogan tak bermakna, kemiskinan masih terpelihara sedang jagat raya melimpah ruah.

Nyata, sebagian dari kita keterasingkan dalam rumah, rumah yang susah payah dipertahankan pendahulunya kini mudah dipecah belah.

Tanah yang pernah dibela lewat darah kini dengan mudah disengketa,
apakah ini arti merdeka..
Apakah hanya diberikan kepada mereka yang punya tahta..
Telah Lama aku menyimpan air mata, merenungkan diri yang tak berdaya

Dimana kucari sebuah perubahan, aku yang tak punya apa-apa ataupun siapa-siapa hanya menulis dalam aksara merdeka, hanya melantunkan doa-doa untuk kaum teraniaya.

Dan saksikan ketika tahun demi tahun menggantikan pimpinan, wakil-wakil rakyat didudukkan, kabinet disiagakan.
Itu bukan perubahan bagi mereka yang telah Lama merasakan ketertindasAn
Itu bukan perubahan bagi mereka yang telah Lama kelaparan.

Nyata, beberapa dari kita yang berdiri dengan kebenaran dianggap mengancam kebijakan,
Beberapa dari kita dikendalikan dalam undang-undang dan kita perlahan dibungkam dengan uang, dengan pekerjaan juga dengan pendidikan.

Kepada siapa kata merdeka ketika luka masih berada disesama saudara, kepada siapa kata merdeka ketika sumber daya alam bukan sepenuhnya milik kita.

Dan saksikan ketika negeri ini perlahan dijadikan ambisi pembangunan, hutan membara dalam gersang, lautan direklamasi dalam perkotaan dan hak hak kita disempitkan

Lihat ketika berikade mahasiswa membawa suara kritikan, mereka dibubarkan dengan senjata kekerasan, lihat ketika penggiat sosial media memberikan sanggahan, mereka di intai dan dianggap penghinaan.
Kebebasan hanya slogan pencitraan.

Sekali lagi, kepada siapa kata merdeka
Ketika kita masih jauh dari sejahterah.
Kepada siapa kata merdeka jika kita masih tak mampu merangkul semua rasa luka.

-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang