RESONANSI SETELAH KEPERGIANMU

114 3 0
                                    

Kau mungkin sulit percaya, apabila seseorang berusaha menerangkanmu tentang aku yang diremuk-remuk oleh luka.
Bahkan bisa saja kau malah tertawa jenaka, jika seseorang meyakinkanmu bahwa diluar sana aku sedang berantakan bersama derita.

Karena mungkin kau berfikir sebab dari datangnya perpisahan kita adalah aku yang selalu tertutup dalam diam atau malah memilih untuk memendam dan kau adalah akibat yang menerima sebab menjadi dendam.

Wajar saja kau berpendapat mustahil jikalau aku yang memelihara luka, karena saat yang sama kau juga merasa paling benar bahwa kau yang seharusnya dianggap lebih terluka.

Akan tetapi ada yang disembunyikan diluar dari ekspektasi itu semua, kau sebenarnya kehilangan fakta atau menutup diri untuk percaya tentang aku yang dilibatkan kedalam lara.

Ketahuilah, tanpa mesti dipaksa oleh logika kalau aku sebenar-benarnya rapuh setelah kepergianmu.

Aku berjuang menuntaskan sejumlah sesal ketika kau terlanjur bebal, aku berjuang memaafkan diriku sendiri, ketika kau tak lagi punya beban untuk pergi dan aku berjuang merekatkan kembali yang telah patah diantara kita, ketika kau hendak membiarkan patah itu selamanya.

Namun, aku tak begitu kuat. nyatanya waktu menyaksikanmu pergi, membiarkan setiap detiknya melepaskan genggaman.
Dan ucapan apapun yang aku coba titipkan, tak ada yang pantas selain mengucapkan selamat tentang patah hati.

Dari sini bukan hanya aku yang tertinggal meratapi tapi penaku juga, ia tinggal tapi untuk merayakannya dengan puisi.
Dari sini aku menulis tentang memoar yang membuat resonansi ingatan kembali diantara menyesali atau berteman dengan elegi.

-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang