MENGUTUK FOBIA ATAS CINTA

99 3 0
                                    

Aku melihat tubuhmu tegar tapi berlumur kepalsuan, matamu membias kebebasan namun terpenjara dikubangan rasa yang penuh kepura-puraan.

Hanya karena kau bertahan pada stigma bahwa cinta pada akhirnya tentang luka, lalu kau meluluhlantakkan segala harap yang dapat dipercaya.

Aku ingin kau mendengarku, soal tindakanmu yang begitu fobia atas cinta. Bukankah luka yang kau rawat begitu megah malah semakin datang menyiksa, betapa traumamu kian menggila.

Saat aku mencoba mengulurkan tangan untuk menolongmu dari jurang akan dalamnya trauma, Kau malah berlagak kuat dengan memaksa otakmu bertengkar dengan hatimu sendiri.

Katamu, jika seseorang telah pergi begitu saja untuk apa mati-matian mengejarnya.
Lagi pula cinta bukan sebuah borunan untuk dipenjarakan satu sama lain. melepaskan berarti memerdekan.

Ia, disatu sisi kau benar tetapi kau terlalu ego menyimpulkan arah perasaan, padahal cinta punya kekuatan untuk memperjuangkan yang hendak terpisahkan.

Katamu lagi, untuk apa membangun ulang percintaan seperti yang dulu bahkan kepada yang lain, pada kelak nanti akan ada yang saling melukai. cukup beban ini berhenti dari rasa takut yang menyudahi.

Baiklah, aku berupaya memahamimu, tapi apakah kau tak bisa tuk berupaya juga untuk memahamiku bahwa yang kau lakukan dapat merusakmu lebih lama, melemahkanmu lebih rentan.

Mestinya kau tak seangkuh itu tentang paradigmamu, seakan-akan hidup tak punya cara lain untuk berubah, seakan-akan jatuh tak punya derap langkah untuk bangkit, seakan-akan terpuruk adalah cara terbaik untuk tidak lagi dikecewakan siapapun.

Ketahuilah, beberapa orang yang tergores begitu dalam dihatinya menjadi lebih kuat untuk terbiasa membangun dirinya,
bukan terus-terusan berada dizona putus asa.

Aku tahu, kau butuh waktu untuk merayakan air matamu yang berlinang duka, namun baiknya bukan untuk selamanya.
Segeralah menghapus pelan-pelan duka itu, barang kali semesta diam-diam menyertaimu.

Kau harusnya mengutuk fobia yang sejak kemarin melandamu teramat sangat.
Keluar dari cemas yang kerap kali kau kemas dalam serentetan kisah pedih diwaktu silam.

-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang