TITIK NADIR CENDIKIA

44 1 0
                                    

Jauh sebelum pendahulu tiba dalam pelita pengetahuan manusia, kita sebut itu zaman jahiliyah, zaman dimana ketidaktahuan berada.
Jauh sebelum sejarah mengantar kita pada kata merdeka, kita sebut itu penjajah, yang berserakan menumpahkan darah.

Tetapi kita yang berdiri disini sebagai pemudah sudah sampai pada kenikmatan hari-hari setelah merdeka
Dan kita berada hingga saat ini duduk dibangku sekolah adalah proses perjalanan para cendikia.

Harusnya kita tahu bahwa sebelum kita mengenal mata pelajaran, merekalah insan-isan yang menghabiskan usia demi memperkenalkan kita sebuah kata yang bernama pendidikan.

Harusnya kita mengerti bahwa kita yang duduk diruang kelas, menggendong sebuah tas dan menyibukkan diri dengan tugas adalah generasi pelanjut untuk kemajuan bangsa dimasa depan.

Bukan malah menumpukkan keluhan dalam pikiran, yang ketika diberi persoalan memilih untuk tidak menyelesaikan.
Bukan malah sibuk dengan gaya hidup kemewahan, yang menurunkan moral dan norma kesusilaan.

Harusnya kita bersyukur, yang tumbuh sebagai pemudah nan pelajar sebab kita mengenal bahasa dan etika melalui kasih sayang orang tua.
Harusnya kita berterimah kasih, yang membuka pagi demi pagi dalam mengenal angka dan sejumlah ilmu lainnya melalui beranda yang bernama sekolah.

Dari sanalah awal langkah kita terlahir yang tanpa amarah mendedikasikan tenaga dan waktunya demi sebuah cinta dan cita-cita.
Dari sanalah doa-doa pertama tercipta tuk mengiringi detak perjuangan kita menuju manusia yang berguna.

Sadarlah dalam sebenar-benarnya rasa bahwa kita ada, melewati beberapa masa tuk mencari jawaban setiap tanya.
Tentang apa arti sekolah, tentang apa kita hidup dan tentang siapa penghidupan ini tercipta.

Bangkitlah dengan semangat yang membara sebagaimana pendahulu menguras idenya dalam merintis sebuah negara.
Junjunglah kejujuran dan martabat yang mulia
Sebagaimana para cendikia mengucapkan sumpah pemuda.

Disini perjalanan kita masih panjang, pendidikan tak akan usai walau usia sampai menua, kita akan terus belajar, belajar dan belajar..

Karena hidup akan berarti bukan karena menjadi, hidup akan berarti karena mencari.
Melengkapi penggalan-penggalan narasi, menggapai harapan dalam edukasi, jatuh dan berdiri kembali untuk menemukan jati diri.

Kita adalah mata bagi mereka yang masih buta dari pendidikan yang sebenarnya
Kita adalah titik nadir cendikia yang membawa pena dalam paradigma.

-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang