MENERKA WAKTU DIANTARA LUKA YANG RAHASIA

46 0 0
                                    

Pada suatu hari nanti, suaraku tak lagi terdengar di frekuensi yang sempat kau miliki, Tentang apa-apa yang pernah terucap juga Yang hendak menjadi impian.

Pada suatu hari nanti, tanganku tak lagi menggenggam yang sempat kau nantikan, Tentang apa-apa yang penah kita kepalkan bersama juga yang pernah bersihkeras saling menguatkan.

Pada suatu hari nanti, tubuhku lenyap termakan waktu yang tak sanggup lagi hadir ketika kau butuh.
Tentang apa-apa yang pernah kau pecundangi begitu saja, tentang egomu yang lebih hebat dari harga diriku, juga pada segala kebenaran-kebenaran yang tidak sempat kau temui dimataku.

Hingga aku menulis untuk menghidupkan kebenaran itu yang selama ini terbuang dan ditolak kehadirannya.
Yang bersembunyi paling rahasia ketika kau dengan mudahnya mematahkan yang terlihat bebas.

Tahukah kau sejauh ini, aku ada untuk memungut detik-detik juang demi kebersamaan yang kita pedulikan.
Tahukah kau sejauh ini, aku ada untuk merawat arah pikiran tuk kita pelajari lebih panjang agar tak saling menghakimi.

Namun saat aku lagi lagi ada, tak lebih hanya sekedar kertas catatan yang kau butuh sebagai petunjuk kemudian diremuk tak berharga.
Seketika lagi lagi aku ada, tak lebih hanya sekedar audio yang dikala kau inginkan bersuara lalu kau matikan diantara bisik-bisik gibah.

Sekali lagi, pada suatu hari nanti, langkahku tak lagi disini yang sempat berpapasan digaris terdepan.
Pada apa-apa pernah kau kejar juga pada apa yang kau tinggalkan sendirian.

Pada suatu hari nanti, degup rasaku tak berdetak lagi, pada semua yang sempat dipermainkan.
Pada apa-apa kau bercandai dalam luka pada apa-apa yang kau caci dalam prasangka.

Pada suatu hari nanti, sosokku akan benar-benar hilang dalam ketiadaan, dan jejakku menjadi sesalmu dan kata kataku menjadi rindumu yang akan mati diantara larik-larik puisi.

-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang