KETIKA CITA-CITA DIBAYAR LUKA OLEH PENGHULU

55 0 0
                                    

Semenjak kenyataan kita menjadi dua orang yang saling merayakan perpisahan, akhirnya kau diletakkan waktu sebagai gaun penghulu yang baru saja berpesta riah dan aku diletakkan waktu dalam kerumunan yang baru saja memasuki ruang kuliah.

Pikirku, kita akan sama-sama bertepuk tangan, memuji masing-masing diri atas desas-desus yang kita rayakan saat ini. namun sialnya, aku yang malah bertepuk sebelah tangan merasa diberi jatah ketidakadilan masa depan.

Benar saja, kabarmu terlalu mewah tapi sekaligus terlalu gundah untuk aku jadikan hadiah. Meski bila mana aku mencoba bersikeras menyamakan bahwa kita tetap sama dalam meraih rasa gembira tetaplah hasilnya memuat perihal yang berbeda.

Tak mungkin pendidikanku menjadi hal penenang tentang perasaanku yang patah diatas panggung persandinganmu, pun tak mungkin pula panggung persandinganmu menjadi huru hara antara mengacaukan atau memasyhurkan pendidikanku.

Jelas pesta kita berbeda tanda dijalur pengembaraan.
Aku yang melangkah tertatih diporos bumi untuk cita-cita sedang kau berlari menjemput hangatnya peluk mesrah.
Aku yang pergi untuk mencari jati diri dan kau pergi untuk melengkapi pasangan diri.

Jika kau hendak bertanya sekali lagi tentang bagaimana aku diluar sana, maka aku akan perlihatkan betapa aku sedang divonis oleh hukum luka yang tak mempunyai darah.


-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang