EGO SIAPA YANG KITA SALAHKAN

562 25 2
                                    

Pada sudut kota pagi, aku bertanya adakah embun yang menyapa dijendela kamarmu setelah kita menghabiskan malam dengan berseteruh, yang kian tersisah seperti buram melekat pilu.

Pada lorong jagat raya, aku mengintai adakah jejakmu yang masih tertinggal setelah kita menempuh perjalanan dengan terpintal oleh ego dan tempramental.

Disini, kita menghidupi kehendak yang saling bersebrangan, kau yang selalu angkuh pada keinginan dan aku selalu rela memperhatikan, kau yang selalu ragu pada kepercayaan dan aku selalu kalah meyakinkan.

Andai saja aku langit, kau pasti melihat wajahku seperti mendung diantara meneteskan hujan air mata atau melepas matahari kilau amarah.

Katamu, aku tak pernah memikirkan perasaanmu sementara kau tak pernah tahu bahwa aku diam-diam melibatkanmu dalam doa.

Katamu, aku lebih mementingkan jalur hidupku sementara kau tak pernah tahu bahwa aku mengeksplorasi waktu untuk menulis tentangmu dalam puisi penabur rindu.

Ego siapa yang hendak kita salahkan, pada sikap kita yang tak saling menemukan.

Kembali, selami rekam memori yang selama ini kau jejaki, adakah aku tersimpan bersama ketulusan yang hendak kau tinggalkan.

Aku hanya ingin kau adil pada dua sisi kehidupan yang masing-masing dititipkan pada perbedaan.
Aku hanya ingin kau mengerti  bahwa ego hanyalah persepsi dari ketiadaan rasa memiliki.

-ervinpramana.

DERETAN HARU BIRU "Antologi Puisi" Where stories live. Discover now