Part 9 : Thank You

3.7K 284 0
                                    

Kirana

"Ibu Anda harus segera dioperasi, kondisi aortanya sangat buruk," ujarku to the point

"Apa tidak ada alternatif lain? Obat atau terapi mungkin?" tanya Keenan

"Justru seharusnya beliau dioperasi lebih awal, jika sudah seperti ini beliau akan mengalami kesulitan bahkan saat penyembuhan pasca operasi," jawabku

Pria itu terdiam dengan wajah yang semakin kalut.

"Bagaimana? Kita tidak punya banyak waktu" tanyaku setelah sekian menit ia terdiam

"Apa kamu yakin beliau akan selamat?" tanyanya yang terdengar putus asa

"Tidak ada 100% keberhasilan dalam dunia kedokteran, kami para dokter hanya bisa meminimalisir resiko yang mungkin terjadi selama dan pasca operasi," jawabku

Keenan menghela nafas berat kemudian menatapku dengan sorot mata penuh harap, "Please, save her"

***

"Vital?"

"Semuanya normal, dokter"

"ECMO?"

"Sudah siap, dokter"

"Kita akan mengoperasi pasien ini selagi jantungnya berdetak dan pastikan untuk menyambungkan arteri mamaria ke LAD secepat mungkin agar jantungnya tidak berhenti selama operasi berlangsung. Ini satu-satunya yang bisa kita lakukan. Is everything clear?" ujar Kirana memberi instruksi pada timnya

"Clear, doc," jawab mereka

"Oke, mari kita mulai operasinya. Scalpel," kata Kirana kemudian mengiris kulit dada pasien dengan pisau bedahnya

"Ini lebih buruk dari yang aku pikirkan," gumam Kirana setelah mengamati jantung pasiennya

Vital sign monitor beberapa kali berbunyi untuk memperingatkan para tenaga medis bahwa kondisi pasien mereka semakin menurun.

"Ambil defibrilator dan pijat jantungnya," instruksi Kirana setiap kali vital sign monitor itu berbunyi

"Kita tidak bisa melakukannya, dokter. Pembuluhnya sangat kecil, darah akan tetap tersumbat meskipun kita menghubungkannya apalagi kondisi pasien semakin menurun," ujar asisten Kirana pada perempuan itu yang sedang sibuk memeriksa pembuluh darah

"Kamu bahkan belum melakukan semua yang kamu bisa. Ayo cari pembuluh lain dan tetap pijat jantungnya," sahut Kirana

"ECMO!"

***

Keenan

Aku terus melihat kearah jam digital yang berada tepat diatas ruang operasi. Sudah lebih dari tiga jam dan belum ada tanda-tanda operasinya akan selesai. Kejadian buruk di masa lalu terus menghantui membuatku semakin kalut.

Selang beberapa lama, pintu ruang operasi terbuka menampakkan beberapa tenaga medis dengan baju bedah warna biru sedang mendorong keluar ranjang dimana mama terbaring disana.

"Apa operasinya berhasil?" tanyaku

"Semuanya berjalan dengan baik, Pak. Kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU," jawab seorang suster

Aku menghela nafas lega dan hendak meninggalkan ruang tunggu operasi ketika mataku tiba-tiba menangkap sosok terakhir yang keluar dari dalam ruangan itu.

Wajahnya begitu kusut dengan rambut yang diikat asal-asalan dan beberapa anak rambut yang mencuat disekitar wajah. Perempuan itu berjalan sambil menunduk dan menutup mata serta sesekali memijit bahunya.

Dia tidak menyadari keberadaanku disini dan berjalan melewatiku begitu saja.

"Dokter," panggilku

Perempuan itu menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatapku dengan tatapan datar.

"Thank you," ucapku dengan tulus

My Perfect Random ManWhere stories live. Discover now