Part 21: Let's Start All Over Again

3K 191 10
                                    

Kirana

"Masih marahan?" tanya Rico yang kini bersandar di dinding menghadapku yang sedang cuci tangan setelah operasi

"Sama siapa?" tanyaku acuh

"Lyra. Kamu berantem sama siapa lagi emang?" Rico mengangkat sebelah alisnya

Aku mendengus, "Saya berantem sama banyak orang belakangan ini"

"Jangan sering-sering berantem sama orang," Rico menasehati

Aku menatapnya tajam penuh selidik. Menyadari tatapanku, ia berujar, "Pertengkaran kamu dengan Lyra sudah jadi hot issue, jadi jangan tanya saya tahu darimana. Salah sendiri berantem, kok, di kantin"

"Saya baru tahu kamu suka dengar gosip," cibirku

"Saya enggak suka dengar gosip, tapi karena didalamnya ada kamu jadi saya dengarkan," balasnya santai

Aku kembali menatapnya tajam, "Kamu enggak pergi? Ada operasi, kan?"

Rico melihat arloji di pergelangan tangan kanannya dan menghendikkan bahu, "Masih ada lima belas menit"

Tanpa membalas ucapan Rico, aku segera melangkah pergi meninggalkan pria itu. Tapi, ia justru mengejar dan mencekal lenganku.

"Setelah kerja, luangkan waktumu sebentar," pintanya

"Untuk apa?" tanyaku

"Luangkan saja," jawabnya sambil tersenyum manis

Setelahnya, pria itu melepaskan cekalan tangannya dan berlalu dari hadapanku masih dengan senyum manisnya yang belum berubah.

°•°

Sesuai permintaan Rico, aku meluangkan waktu untuknya setelah selesai jam kerja. Setelah apa yang terjadi beberapa waktu belakangan ini yang membuatku suntuk luar biasa, rasanya tidak ada salahnya untuk mengobrol sebentar dengan seseorang meskipun orang itu adalah mantan sendiri.

"Saya udah pesenin kamu bakso keju, tahu bakso, siomay, lontong, dan es jeruk nipis es batunya dikit," ujar Rico sambil melirik kearah berbagai makanan yang sudah tersaji di atas meja

Mendengar ucapan pria itu, aku tertegun. Jangan bilang Rico mau mengajakku bernostalgia? Dia meminta untuk ketemuan di warung bakso dekat kampus yang merupakan langganan kami semasa kuliah dan pacaran. Tadinya, aku sempat menolak dan mengajaknya untuk makan di restoran masakan Turki yang baru buka dekat rumah sakit.

"Sekali-kali makan makanan Indonesia, Rana"

Itulah alasan yang dia ajukan ketika menolak restoran masakan Turki yang aku usulkan. Akupun akhirnya menyetujui ajakannya untuk makan di warung bakso ini karena jika diingat-ingat, semenjak bekerja aku lebih sering makan di tempat-tempat yang menjual menu makanan mancanegara terutama Jepang.

"Ran? Kamu kenapa? Kok diem? Enggak cocok sama menunya? Mau ganti aja?" ujarnya ketika ia menyadari keterdiamanku

"No! Itu aja," potongku cepat

Bagaimana aku mau ganti menu kalau yang sudah dipesan olehnya adalah menu favoritku ketika kami sering mengunjungi warung ini dulu.

"Kata anak-anak kamu berantem sama Lyra masalah laki-laki, benar begitu?" tanya Rico

"Ya, kenapa?" aku menaikkan sebelah alis

Pria itu menggeleng, "Enggak apa-apa, hanya saja itu bukan seperti kamu"

Rico menghela nafas dan melanjutkan ucapannya, "Saya jadi penasaran, seperti apa laki-laki yang bisa membuat dr. Kirana yang masa bodoh dengan urusan percintaan begitu tergila-gila padanya? Sampai berencana untuk merebut laki-laki itu dari pasangannya?"

Ucapannya itu menghentikan gerakan ku yang hendak menyicipi kuah bakso.

"Seberapa banyak yang kamu tahu?" tanyaku sedikit gugup

"Sebanyak yang kamu dan Lyra ucapkan di kantin waktu itu," jawabnya

Aku menghela nafas berat sambil menyembunyikan wajah dibalik kedua telapak tangan, mencoba menyembunyikan rasa malu sekaligus frustasi.

"Kenapa, Ran?" gumam Rico lirih namun masih dapat ku dengar

Aku mengangkat wajah, menatap Rico dengan bimbang. Menimbang-nimbang apakah aku harus menceritakan perihal ide gila itu padanya.

"Maaf, Rico. Tapi, saya tidak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi ke kamu," ujarku

"Ok. Tapi, kalau kamu rasa butuh untuk cerita saya siap mendengarkan," ucap Rico

Selanjutnya, hanya suara alat makan kami yang terdengar ketika kami sibuk menikmati rasa nikmat dari bakso yang legendaris dikalangan mahasiswa kampus kami. Rasa yang enak, porsi yang bikin kenyang ditambah harga yang bersahabat membuat bakso ini menjadi penyelamat para mahasiswa di akhir bulan, khususnya mahasiswa FK yang sudah hampir kurang gizi karena jatah makan bulanan yang ikut terpotong untuk keperluan praktek.

Sampai akhirnya, aku teringat sesuatu.

"Rico?"

"Ya?"

"Kamu sudah izin istrimu kalau mau makan dengan saya?" tanyaku mulai panik

Ugh, please cukup dengan Keenan saja aku di cap pelakor.

Alih-alih langsung menjawab, pria itu justru tertunduk lesu selama beberapa saat.

"Kami akan bercerai," jawabnya beberapa detik kemudian

Aku mematung mendengar ucapannya, seketika pikiranku tertuju pada bayi mereka yang baru lahir sekitar tiga bulan yang lalu.

"Seriously?" tanyaku mengkonfirmasi ulang

"Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari pernikahan itu, Rana," jawab Rico

"Kalian bisa bertahan demi anak kalian. Oh ayolah, dia masih terlalu kecil, dia masih sangat membutuhkan kedua orangtuanya," aku mencoba membuatnya mempertimbangkan ulang keputusannya

"Aku enggak bisa mencintai dia, Ran," Rico beralasan

"C'mon you should try harder--"

"I have!" ia memotong ucapanku

Pria itu menghela nafas berat, kemudian melanjutkan ucapannya, "Bahkan dengan adanya seorang anak diantara kami pun, aku masih tetap tidak bisa mencintainya. Aku tidak bisa hidup dalam pernikahan itu lebih lama lagi, itu membuatku sangat tersiksa. Yang kamu katakan memang benar, anak kami masih sangat membutuhkan kami. Oleh karena itu, kami sudah berkomitmen untuk tetap membagi waktu dan mencurahkan kasih sayang kepada anak kami meskipun kami sudah resmi bercerai nantinya"

Aku menutup mata sambil memijit pelipisku pelan. Huh, urusan cinta memang sangat rumit.

Tiba-tiba saja, Rico menggenggam tanganku yang satunya. Dia menatapku dengan tatapan yang begitu tulus.

"Dari dulu sampai sekarang, aku cuma cinta sama kamu," ujarnya yang membuatku kehilangan kata-kata

"It's not right, Rico," ujarku berusaha melepaskan genggaman tangannya tapi ia menahannya

"Kenapa? Bukankah lebih baik kita kembali bersama daripada kamu harus menghancurkan hubungan orang lain hanya untuk sekedar mendapatkan pasangan?" dia menatapku nanar

Aku menggeleng cepat, "Ibumu tidak akan suka"

"Aku udah enggak peduli lagi sama pendapat mama. Sudah cukup aku mengikuti keinginan beliau yang ujung-ujungnya membuatku tersiksa. Kali ini, aku akan memperjuangkan apa yang benar-benar aku inginkan, yaitu kamu. I promise you, bagaimanapun nanti mama menentang, aku tidak akan melepaskanmu lagi seperti dulu," ia menjeda kalimatnya

Sementara aku hanya diam mematung, otakku sudah terlalu lelah untuk mencerna setiap kalimatnya.

"Will you start all over again with me, Rana?"

***

Kalian kalau diajak balikan sama mantan mau enggak, guys? :)

My Perfect Random ManUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum