Part 26: Trust Her

5.1K 230 41
                                    

Keenan

"Sha, hari ini kita jadi sebar undangan, kan?" tanyaku

"Duhh, Ken. Aku lagi dapet, nih. Sakit banget. Kayaknya enggak bisa deh kalau hari ini," jawab Tarisha di seberang sana

"Lagi dapet, ya?" ulangku pelan sambil melirik kalender

Ada bulatan warna merah di salah satu tanggal dua minggu yang lalu. Itu adalah hari dimana Tarisha izin tidak terbang dengan alasan yang sama, nyeri haid.

"Hm. Besok aja, ya?" tawar Tarisha

"Aku terbang besok," ucapku

"Yah, gimana dong? Kalau kamu sebar sebagian dulu gimana? Besok gantian aku"

"Fine. Kamu mau sesuatu? Aku bisa mampir sambil sebar undangannya"

"No, no. Aku udah beli makan sama obat kok"

"Fine. See you then"

"Can't wait to see you, baby. Bye"

Aku meremas ponsel di tanganku ketika Tarisha memutuskan panggilan kami. Pikiranku melayang ke dua minggu yang lalu ketika Kirana mengirimkan sebuah video yang menghancurkan impianku menikahi Tarisha.

Flashback

"Follow me" aku mencekal lengan Kirana dan menyeretnya keluar dari lobi apartemennya

"Aww.. Keenan, sakit! Lepas!"

"What the hell are you doing, Kirana?!" aku berteriak di depan wajahnya, membuat perempuan itu ketakutan

"I just warned you, before it's too late. She's cheating, Ken"

"Warned me? With that edited video? Stop making things up, Kirana!" ujarku penuh amarah

"I didn't make things up. That video is real. I even have a witness. Ck, when are you gonna realize that she's not good for you?" ujarnya putus asa

"Then who's good for me? You?" aku menaikkan sebelah alis, menantangnya untuk menjawab

Kirana terdiam. Dia menatapku dengan penuh kekecewaan.

"Berhenti mencampuri urusan saya. Saya akan segera menikah, lebih baik kita urus kehidupan masing-masing" aku menurunkan nada bicaraku dan berbalik meninggalkannya

"You don't even trust her. How will you live your life after marriage?" ujarnya pelan namun masih dapat kudengar

"None of your business and I trust her," aku menyanggah

"Kamu enggak akan datang kesini hanya untuk marah-marah pada saya kalau kamu memang percaya padanya"

Aku berbalik menatapnya, "Terus kamu maunya saya gimana?"

"Trust me. Just for once. Find out the truth, for the sake of yourself"

"Kalau tidak terbukti?"

"Saya akan secara sukarela pergi dari kehidupanmu. Kita tidak akan berhubungan lagi"

Flashback end

Dua hari setelah bersitegang dengan Kirana malam itu, aku berniat memberi kejutan pada Tarisha -yang hari itu dijadwalkan kembali ke Jakarta- dengan menjemputnya di bandara. Namun, perempuan itu justru tidak kembali sesuai jadwal.

"Masih di Beijing dia, Capt. Tukar flight sama Donna, katanya enggak bisa ikut terbang soalnya lagi nyeri haid. Lusa balik bareng Capt. Rahman"

Itu adalah penjelasan Marina yang saat itu bertugas sebagai chief flight attendant atas kepulangan Tarisha yang tidak sesuai jadwal.

Tarisha memang sering mengeluh kram perut ketika menstruasi, namun perempuan itu biasanya punya 1001 cara untuk mengatasinya ketika ada jadwal terbang. Seketika aku ingat bahwa Capt. Rahman terbang ke Beijing bersama si Calvin sialan sebagai FO-nya. Darahku mendidih begitu menyadari bahwa laki-laki brengsek itu ada di tempat yang sama dengan calon istriku apalagi ditambah dengan bayang-bayang kemesraan mereka yang ada di video sialan itu.

Karena itulah aku tergerak untuk mencatat tanggal dimana Tarisha mengaku sedang nyeri haid. Sekarang, catatan itu nyatanya berguna. Dia kembali berasalan mengalami kram perut dan disaat yang sama si Calvin brengsek itu juga sedang ada di Jakarta. Firasatku mengatakan bahwa ini bukan suatu kebetulan.

Semenjak mendapatkan video itu, aku memang belum pernah mengonfrontasi calon istriku. Aku mencoba untuk percaya sepenuhnya padanya. Apalgi, hubungan kami menjelang hari pernikahan menjadi jauh lebih akur daripada hari-hari sebelumnya. Namun, kali ini, sepertinya ada hal yang harus aku buktikan.

"I try to trust you this time, Kirana. I'll find out what she's doing behind my back"

My Perfect Random ManWhere stories live. Discover now