Part 5 : Friends

4.1K 259 0
                                    

"Lo kaya orang engga pernah makan," celetuk Miranda yang melihatku makan dengan begitu lahap

"Bodo amat. Gue laper," sahutku acuh

Sejak pagi aku memang belum sarapan gara-gara kesiangan dan sialnya pekerjaanku begitu banyak hari ini. Bahkan sudah lewat tengah hari sampai akhirnya aku bisa istirahat dan menikmati sarapanku ini.

"By the way, gimana Sydney?" tanya Shecyl

Aku menggeleng, "Gue engga sempet jalan-jalan gara-gara itu profesor nyuruh gue cepet pulang buat bantuin project dia. Padahal kan rencananya hari ini gue mau keliling Sydney"

"Sayang banget. Kenapa lo engga nolak aja? Bikin alasan apa kek gitu?" Lyra menimpali

"Engga bisa. Gue engga mau di coret dari daftar promosi," ujarku setelah menelan sepotong daging

Teman-temanku itu menatapku jengkel.

"Promosi mulu yang dipikirin. Kalo gini caranya bisa-bisa lo jadi perawan tua," Miranda mendengus

Aku meringis, menjadi perawan tua jelas bukan sesuatu yang ku inginkan.

"By the way, kemarin gue engga sengaja ketemu dia," ujarku

"Dia siapa?" tanya Lyra

"Random man yang gue samperin di restoran waktu itu," jawabku

"Gimana ceritanya? Ketemu dimana?" tanya Shecyl antusias

"Panjang ceritanya. Kami ketemu di pesawat, ternyata dia pilot dari pesawat yang gue tumpangi waktu balik ke Jakarta," ceritaku

"Wow," sahut Lyra

"Jangan-jangan kalian emang jodoh," ucap Miranda

Well, aku tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa untuk menanggapi ucapan Miranda barusan

"Ganteng engga?" tanya Shecyl

"Lumayan, sih. Sekilas," jawabku

"Terus, lo mau tetap ngejar dia?" tanya Lyra

"I hope so," jawabku

"Maksudnya?"

Aku mengangguk, "Gue engga tahu kapan bisa ketemu dia lagi"

"Lo engga ada kontak dia?" tanya Shecyl

Aku menggeleng membuat teman-temanku itu kompak menepuk jidat masing-masing.

"Kirana sayang, kalo cuma ngandelin accidental meet kaya gitu ya engga bakalan berhasil. Karena yang namanya kebetulan engga akan terjadi terus-terusan," kata Miranda

Aku hanya menyengir mengetahui ketololanku. Miranda benar, aku harus mendapatkan kontak laki-laki itu.

Ini gila tapi aku tidak peduli lagi. Sudah terlanjur basah, nyebur aja sekalian.

"Rana"

Suara itu menghentikan obrolan kami. Aku menoleh dan melihat Rico sudah berdiri tepat di sampingku.

"Ada apa?" tanyaku

"Bisa ke ruangan saya setelah ini? Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu," kata Rico

Aku menatap ketiga sahabatku bergantian, meminta pendapat mereka apakah aku harus menerima permintaan itu atau tidak.

"Bagaimana?" desak Rico

"Eum.. apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyaku

"Ada pasien yang mengalami komplikasi. Bedah digestif dan bedah toraks akan bekerjasama melakukan operasi, jadi aku ingin mendiskusikan denganmu siapa yang akan melakukannya lebih dulu," jawab Rico

Aku menggigit bagian dalam bibirku. Tentu saja dia akan membicarakan pasien, memangnya apa lagi? Jangan berharap terlalu jauh, Rana!

"Oke, setelah ini saya akan ke ruanganmu," ujarku

Dia mengulum senyum dan menepuk pundakku pelan sebelum pergi.

My Perfect Random ManWhere stories live. Discover now