Seokjin menghela nafas. Mata tertuju pada jam digital di dalam mobil. Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi lewat sepuluh menit.

"Sepertinya tidak akan ada yang datang," ia bergumam sambil melihat sekeliling yang sepi. Baru kemudian pintu mobil dibuka.

Seokjin mengangkat pandangan dan serigala kecil barusan sudah duduk manis di kursi penumpang. Tampak senyuman(sepertinya senyuman) di wajahnya.

Kening Seokjin seketika mengerut. "Siapa bilang kau boleh masuk? Keluar."

Mimik bahagia hewan di hadapannya langsung berubah sedih. Dua telinga kembali terlipat ke belakang. Mata menghadap Seokjin dengan tatapan memelas.

Manusia itu langsung memalingkan wajah. "Jangan melihatku seperti itu. Aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh dan aku tidak mau bertanggung jawab jika kau terpisah dari pack-mu."

Kali ini serigala itu menjatuhkan dagu ke jok mobil, pertanda ia tidak mau pergi.

"Aku akan pergi ke puncak gunung Taebaek. Itu sangat jauh." Seokjin berusaha meyakinkan.

Namun, reaksi sang serigala yang tampak sumringah setelah Seokjin menyebutkan nama gunung Taebaek bukanlah hal yang Seokjin kira. Ia melolong keras-keras dari dalam mobil. Buru-buru Seokjin membuatnya berhenti.

"Hei, apa yang kau lakukan? Kau bisa membocorkan keberadaan kita pada para zombi itu!"

Bukannya berhenti, serigala itu melolong lagi. Terpaksa, Seokjin gendong serigala itu keluar.

"Dengar, aku tidak bisa--Hei!!"

Setelah menginjak tanah, serigala itu malah melesat masuk ke mobil lagi dan kembali duduk di tempat semula. Senyuman terplester di wajahnya.

Seokjin menatap dengan pasrah. Lalu ia putuskan untuk masuk mobil dan menguncinya.

"Aku akan berangkat dan kau tidak boleh menyesal jika terpisah dengan kelompokmu. Mengerti?"

Serigala itu membalas dengan lolongan, kali ini tidak terlalu keras. Seokjin hanya menggelengkan kepala tak habis pikir. Setelah menyalakan mobil, mereka pun melaju ke jalur atas, mendaki gunung menuju puncak Taebaek.


***


Sulit untuk mendaki ketika serigala di dalam mobil tak bisa diam. Terlebih ketika hewan itu mencakar-cakar jendela, meminta agar dibuka. Tapi Seokjin tidak memberi. Ia mencoba fokus untuk menyetir di curamnya tebing dan gelapnya hutan.

Tentu, Seokjin melihat beberapa satwa liar yang hidup di hutan. Namun, ia memang tidak bertemu dengan siapapun lagi. Gunung itu seolah tersegel. Meskipun tampak aman untuk penelitian, Seokjin tak bisa untuk tidak curiga pada keadaan. Suasananya begitu sepi.

Dua jam berlalu dan Seokjin sudah bisa melihat bagaimana mobilnya sudah mendaki hampir ke puncak. Namun, wajahnya pucat pasi saat melihat ada asap.

Asap hitam mengepul dari balik pepohonan, mirip seperti asap api unggun.

"Manusia?" ia berbisik.

Seokjin putuskan untuk tidak menyetir lebih lanjut. Ia tahu ia sudah sedikit lagi menuju puncak jadi tidak akan masalah jika ia berjalan kaki dari sana. Saat mobil berhenti, serigala di sampingnya melolong keras.

"Hei, hei, hei! Diam!" Seokjin menutup paksa mulut serigala itu dengan panik. Meski ia di dalam mobil dan lolongan serigala itu pasti tidak akan begitu terdengar, Seokjin tetap waspada.

"Jangan melolong seenaknya!" Seokjin mengeja tiap kata dengan marah. "Aku tahu kalian melolong untuk berkomunikasi. Tapi untuk sekarang, bukan waktu yang tepat!"

[taejin] ZOMBIE.ZIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang