24.|| Small Talk

412 31 1
                                    

"Dia di culik dan hampir dibunuh."

•○●🌃●○•

Akhirnya Stephan menjelaskan kepada Maureen dan Jessy semua yang terjadi kecuali tentang pelaku dibalik penculikan. Tidak mudah menjelaskan kepada mereka karena pasti akan diselingi oleh pertanyaan-pertanyaan dari Maureen dan diiringi oleh tangisan Jessy.

"Heyy! Cobalah untuk tenang dan dengarkan baik-baik." Kata Stephan frustasi.

Melihat kelakuan ketiga orang itu sangat menghibur bagi Alice. Tak dapat dibayangkan apabila mereka tinggal serumah. Pasti akan terjadi perang dunia ke-3.

Setelah kurang lebih 30 menit menjelaskan tentang kronologi kejadian, akhirnya Stephan selesai menceritakannya dengan lengkap. Rasanya lebih baik ia menjelaskan kepada anak SD daripada menjelaskan pada dua orang ini. Ia akhirnya mengerti betapa menderitanya seorang guru.

"Siapa pelakunya?" Tanya Maureen.

"Aku tak tahu. Ia kabur setelah aku menemukan Alice." Jelas Stephan berbohong.

"Aku masih tak percaya bahwa kau dan Alice berkerabat." Kata Maureen.

"Terserah padamu." Balas Stephan.

"Jadi kau tidak akan masuk sekolah selama seminggu Alice?" Tanya Jessy memastikan.

"Sepertinya begitu." Jawab Alice.

"Kalau begitu, setiap pulang sekolah, kami akan menjengukmu. Kami juga akan membawakan makanan." Kata Jessy bersemangat.

"Tidak perlu. Lagi pula ada aku. Aku akan menjaganya. Dia juga butuh beristirahat." Balas Stephan.

"Salah satu alasan kami datang agar Alice aman dari laki-laki sepertimu." Terang Maureen.

"Hey. Apa maksudmu?!" Kata Stephan yang tentu saja tidak menerima kata-kata Maureen.

"Untuk ukuran laki-laki yang mencampakkan kekasihnya dengan alasan dia lemah atau cengeng, cukup menjadi alasan yang kuat untuk kami datang menjaga Alice darimu." Jelas Maureen dengan begitu santai.

"Aku bukan orang seperti itu." Elak Stephan.

"Kau mengelak didepan korbannya. Jenius sekali kau." Ejek Maureen. Hal tersebut tentu membuat situasi menjadi canggung. Jessy dan Alice tentu saja tidak dapat menjadi penengah keributan antara Maureen dan Stephan.

"Whatever." Kata Stephan lalu beranjak berdiri dari tempat duduknya.

"Kalian bilang kalian akan menjaganya bukan? Sekarang tolong jaga dia. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus kulakukan." Lanjut Stephan sambil tersenyum penuh arti.

Setelah kepergian Stephan, Maureen langsung menggebrakan meja didepannya sebagai pelampiasan emosinya.

"H-harusnya kau t-tidak perlu mengungkit itu Maureen." Kata Jessy.

"Aku tidak tahan dengan manusia seperti dia. Ku ancungkan jempol untukmu Jessy, karena sudah berhasil bertahan dengannya selama beberapa waktu." Kata Maureen.

"Menurutku dia bukan orang yang seperti itu." Balas Alice membuka suara.

"What do you mean?" Tanya Maureen yang tak mengerti.

Watching Over You Where stories live. Discover now