14. Jarak

1K 139 6
                                    

Tzuyu membuka pintu kamarnya pelan. Kosong, tak tampak tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Pandangan Tzuyu mengedar mencoba memastikan setiap jengkal sudut di kamarnya.

'Kemana Jungkook?'
Begitu pikirnya. Sejak perdebatan sengit antara Tzuyu dan Jungkook beberapa saat lalu, keduanya memutuskan untuk pulang sendiri-sendiri. Berusaha mencari ketenangan pikiran agar dapat memahami satu sama lain.

Tzuyu tak menghiraukan, ia hanya bergegas ke kamar mandi membasuh badannya. Semua yang terjadi hari ini begitu menguras emosi, hatinya menjadi tidak tentu. Diliputi rasa kecewa, namun juga rasa bersalah yang lebih menguasai.

Siapa tau jalan yang Tzuyu putuskan dulu, akan mengantarnya pada saat yang sekarang. Semua sudah tak seharusnya dari awal, jadi ini adalah konsekuensi yang harus ditanggungnya. Dan kenapa rasa kecewa di hatinya begitu besar, hanya karena ucapan seorang Jeon Jungkook. Bukankah itu faktanya, dirinya tak lebih dari seorang yang berhak atas hidup Jungkook. Walau sekarang ikatan antara keduanya telah diputuskan, tetap tak merubah keadaan siapa dia dan siapa Jungkook. Semua dilakukan tak berdasarkam perasaan tetapi sebuah paksaan, jadi tak seharusnya Tzuyu berharap lebih pada Jungkook, Cukup menempatkan diri diposisinya sekarang.

Lagi air mata Tzuyu terjatuh hanya karena memikirkannya, larut bersama tetesan air yang mengguyur tubuhnya. Matanya memejam berusaha mencari ketenangan dalam setiap jengkal kemelut di hatinya. Kenapa dia harus sehancur ini, hanya karena Jungkook. Apa benar semua perkataan Nayeon, bahwa Tzuyu sudah mencintai suaminya. Jika iya, kenapa rasa cinta selalu datang bersama rasa sakit. Apakah keduanya menjadi satu kesatuan yang tak pernah diharapkan datang bersamaan.

Ini yang Tzuyu takutkan sebenarnya, semua yang tak berdasarkan keinginan hati berbalik menjadi umpan yang menyakitkan untuknya. Hidup tak pernah mau sesederhana itu, terus berusaha mencari kelemahan seseorang untuk membuatnya menyerah akan arti sebuah perjuangan. Tak pernah mau berhenti walau titik lelah sudah ada diambang batas. Semua terus berjalan seolah tak mempedulikan setiap asa yang masih terpuruk, mencoba bangkit dan menyesuaikan posisi dengan keadaan. Tak peduli seberapa curam jalan yang akan dihadapi, takdir akan selalu membawa langkah kaki untuk menapakinya. Jatuh tak menjadi alasan untuk bisa berhenti, karena sudah menjadi jalannya bahwa waktu tak mau untuk sekedar menunggu.

Hembusan napas menjadi awal kebangkitan seorang insan yang terus menyibukkan diri. Namun tak laras membuat renyuh di hatinya terobati. Sejak tadi Jungkook hanya menatap layar didepannya, sekedar mengalihkan perhatian dari segala pikiran yang terus mengganggu dirinya. Bayangan Tzuyu yang menangis didepannya membuat hatinya ikut tersiksa, namun rasa egonya masih lebih tinggi sehingga rasa kecewa yang lebih dominan. Jungkook hanya ingin Tzuyu mengerti posisinya, mengerti hatinya. Karena semua yang pernah dilaluinya adalah masa lalu yang sangat kelam dan menyakitkan, dan semua tidak akan bisa terhapuskan hanya dengan sebuah ungkapan memaafkan. Semua tak kan merubah keadaan bahwa luka di hatinya telah tergores dalam, dan hanya butuh secercah harapan untuk menyembuhkannya. Tzuyu, Jungkook berharap itu ada pada wanitanya, tapi nyatanya semua salah. Sekali lagi jalan hidup belum mau membantunya bangkit dari kegelapan.

Waktu masih mengajaknya bermain, belum rela menghantarkannya pada kesungguhan tentang kebahagiaan. Semua tak ayal berjalan sesuai apa yang di inginkan, karena takdir tak pernah rela untuk sekedar membagi kebahagiaan tanpa derita. Dan begitulah permainan kehidupan yang tak pernah ada jedanya, semua akan datang silih berganti, hanya bagaimana seseorang berusaha menghadapinya.

Atensinya beralih pada pintu tertutup yang menghubungkan kamar dengan ruang kerjanya. Sebenarnya Jungkook sedikit khawatir karena meninggalkan Tzuyu begitu saja tadi, tapi hatinya masih belum mau melunak.

'Apa dia sudah pulang? '
Pertanyaan itu memenuhi otaknya sejak kehadirannya di ruang ini. Tapi kakinya tak mau kunjung berdiri memastikan jawaban dari pertanyaannya. Hingga saat semua sudah mencapai puncaknya, rasa teguh mulai melunak dikalahkan rasa penasaran dan kekhawatirannya.

Love Agreement [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang