Prolog

4.4K 188 1
                                    

Semburat cahaya rembulan terlihat redup tertutup oleh awan hitam yang seakan ingin semakin mempertajam gelapnya malam. Namun tampak jelas ribuan lampu kota yang gemerlap seperti menggantikan hadirnya bintang di angkasa.

Semilir angin menyapa wajah tampan yang masih setia berdiri di balkon kamarnya. Sudah lebih dari Satu jam pria itu hanya menatap kosong ke depan dengan ekspresi yang sulit diartikan. Namun satu bulir air mata yang jatuh kemudian, dengan jelas menafsirkan bahwa ia sedang dalam keadaan bersedih.

Air mata, luka mampukah itu hilang darinya. Kenapa semua datang silih berganti, adakah kebahagian yang ditulis Tuhan untuknya. Semua pertanyaan itu terus berkecambuk dalam hatinya, namun tak ada satupun jawaban yang dapat menjelaskannya.

Apakah sekarang Tuhan sedang menghukumnya, jika iya apakah sebesar itu kesalahan yang pernah dibuatnya hingga harus menerima semua ini.

Drttt Drtt

Getaran ponsel dari saku celananya membawa kesadaran Jungkook kembali ke alam nyata. Hati Jungkook mulai tak tenang mendapati nama yang tertera dilayar ponselnya, Paman Joon Jae.

"Hallo, ada apa Paman?"

'Kemarilah Jung!! Tuan sudah sadar, dan dia mencarimu.'

Seketika seulas senyum tercipta diwajah tampan Jungkook, menghapuskan air mata yang turun membasahi pipinya.

"Baik Paman aku segera kesana"
Tanpa pertimbangan lagi Jungkook langsung mematikan sambungan teleponnya dan berlari menuju rumah sakit. Dia memacu laju mobilnya dengan kecepatan penuh, pasalnya ia sangat merindukan sang Kakek yang sudah terbaring koma selama 2 Minggu lamanya.

Brakk

Jungkook membuka pintu kamar rawat Kakeknya dengan keras, nafasnya masih tersenggal-senggal karena berlari tadi. Tapi semua lelah itu sirna saat mendapati Kakek nya tengah menatapnya dengan senyum hangat.

"Kakek..."
Jungkook kembali berlari dan memeluk Kakeknya erat. Ia tak mau lagi kehilangan sang Kakek, hanya dia satu-satunya yang Jungkook miliki sekarang.

Joon Jae tersenyum bahagia melihat interaksi cucu dan Kakeknya ini, ia ikut bahagia melihat Jungkook. Karena jujur saja ia tau kalau Jungkook menyimpan banyak luka selama ini, 20 tahun bekerja bersama keluarga Jeon membuatnya mengetahui persis setiap permasalahan yang terjadi.

Joon Jae membungkuk dan berlalu keluar saat pria tua itu memberinya isyarat.

"Astaga...Kakek kira kau sudah besar Jung, tapi lihat dirimu! Kau sungguh masih cengeng"
Canda Minho yang mendapati cucunya meneteskan air mata.

"Kakek aku sangat takut kehilangan Kakek, hanya Kakek yang ku miliki"
Jungkook kembali menatap sendu sang Kakek. Hatinya sakit melihat orang yang disayangi terbaring lemah dengan selang infus dan juga alat bantu pernapasan dihidungnya.

"Kakek tak apa Jung, ini hanya penyakit tua"

"Tetap saja aku khawatir. Kakek bahkan koma selama dua minggu dan itu membuatku takut"

Kakek tua itu tersenyum mendengar cerita Jungkook.

"Mulai sekarang kau harus membiasakan diri tanpa Kakek Jung. Kau tau Kakek sudah tua dan sakit-sakitan, dan Kakek tak tau sampai kapan batas usia Ka---"

"Apa yang Kakek bicarakan, Kakek ini sudah mulai sehat sekarang. Dan setelah pulih kita akan pulang dari sini"
Jawab Jungkook yakin, ia menatap Kakeknya dengan penuh harapan.

Minho kembali tersenyum melihat tingkah Jungkook, yang menurutnya masih kekanak-kanakan. Namun inilah Jungkook yang sebenarnya, terlepas dari sikap gagah dan dewasa yang selalu ia tunjukan. Ia juga hanya pria lemah yang memiliki sejuta kepedihan yang terpendam dalam hatinya, dan Minho tau betul itu.

Love Agreement [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant