17. Hate!

127 9 7
                                    

Udah siap??

[JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA]
Kalian bisa share ke teman-teman kalian supaya baca juga yaa!!

—ooOoo—

You once gave the color of happiness, even though it was brief but will continue to imprint because you were once a beautiful thing right before I hated you.

—ooOoo—

Happy Reading:'D
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi ini Ryan sudah sampai di depan rumah Hana. Sejak semalam Ryan menghubunginya, Hana sama sekali tidak mengangkat ataupun merespon chat darinya. Ryan berpikir mungkin Hana marah karena dirinya datang terlambat ke taman kemarin sore.

"Han," panggilnya dengan senyum yang mengembang. Namun, Hana justru tidak merespon apapun dan berusaha untuk tidak melihat wajahnya.

"Kamu marah karena aku kemarin telat dateng ke taman?" tanyanya dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Gue kecewa sama lo." Hana melirik nya sekilas lalu membuang mukanya, agar Ryan tak melihat matanya yang mulai berkaca-kaca mengingat kejadian kemarin.

Ryan menautkan kedua alisnya karena kebingungan, "Kecewa karena apa?" ucapnya.

"Lo pacaran sama gue karena ada tujuan atau hal lain kan?"

Seketika Ryan dibuat diam membisu karenanya. Bagaimana Hana bisa tau soal hal ini? Dulu memang untuk memiliki banyak teman, karena Ryan sendiri sukar memiliki teman. Namun, untuk dulu sampai sekarang dia benar-benar menyayangi dan sangat mencintai Hana.

"Aku ngga paham apa yang kamu omongin,"

"Udah urusin aja cewek lo!"

"Pacar aku kan kamu."

"Basi!" ucapnya lalu pergi menggunakan taksi yang tadi di berhentikan nya.

"Han, Hana tunggu!" Ryan berusaha mengejar Hana. Namun, ia memberhentikan langkahnya karena sesuatu.

"Akhh!" Teriak Ryan.

Rasa sakit tiba-tiba menyerang kepalanya. Sontak ia memegangi kepalanya yang sangat nyeri. Ia terduduk di tanah dan berusaha mencari obatnya di dalam tasnya. Setelah menemukannya, ia meminum dan beberapa menit kemudian tubuhnya sudah mulai pulih meskipun sedikit lemas.

Dengan sekuat tenaga, Ryan mengendarai motornya menuju ke sekolah. Padahal tanpa Ryan ketahui, ada mobil yang mengikutinya dari belakang untuk mengawasi kondisinya.

Dua puluh menit kemudian Ryan sampai disekolahnya. Hana sudah lebih dulu sampai di sekolah, bahkan dia sekarang sedang berada di dalam kelas bersama kedua sahabatnya. Dengan langkah terburu-buru, Ryan berjalan menuju kelasnya untuk menemui Hana.

Ryan berhenti tepat di sebelah Hana duduk. Matanya memberi isyarat kepada Dinda untuk pindah. Awalnya Dinda sempat mengerutkan keningnya karena kebingungan, namun setelahnya ia menghela napas dan berdiri.

"Wil, anterin gue ke kamar mandi yuk?" ucap Dinda yang sekarang berdiri di sebelah meja Wilda.

"Ogah ah sama Hana aja sana lagian gue mau belajar buat ulangan." katanya yang kini tengah sibuk membaca buku pelajarannya.

"Cepetan!" ujar Dinda dengan nada yang ditekan.

Hana berdiri dari bangkunya, "Sama gue aja din," ujarnya

"Hehe. Ngga usah, lagian si Wilda udah mau kok." ujar Dinda yang telah memaksa Wilda untuk berdiri.

"Siapa bi—" Ucapan Wilda terpotong karena secara tiba-tiba Dinda membekap mulutnya menggunakan tangan. Dan kemudian dirinya diberi pelototan gratis oleh Dinda yang membuat dirinya paham.

ArkaHanaWhere stories live. Discover now