TFH | 27.KEBODOHAN AYYA

53 9 27
                                    

👣

"Gilang, kelamaan kalau harus bikin kayu jepitan buat ambilnya. Mending manjat aja," gesak Fira dengan mengguncang lengan kanan orang yang ada di sampingnya itu.

Gilang berdecak. Entah kenapa hari ini sang gadis idaman menjadi manja dan lebih tidak sabar. Gilang saja sabar selama ini untuk menghadapinya.

"Kenapa sih gak sabaran banget, Ra? Apa lo yang ngidam?" tanya Gilang sedikit kesal.

"Ihh, emang Fira mau ngidam anak siapa?" sungutnya tak santai dengan sorot mata galak.

"Gak tau. Hamil anak gue juga lo gak bakal mau, kan?" tanya Gilang nakal.

"Tuh kan, Gilang pikirannya aneh-aneh. Fira gak suka!" rengek Fira menghentakkan kaki seperti anak kecil yang tak suka dengan sesuatu.

Keduanya sedang berdebat di bawah pohon mangga yang bukan hanya daunnya yang rimbun, buahnya juga. Sebagian sudah ada yang matang, terlihat dari kulitnya yang sudah mulai kuning. Sebagian juga masih ada yang muda, membuat siapa saja yang melihatnya menelan ludah.

"Iya, maaf. Gue beli aja kayu buat ngambilnya ya?"

"Lama gak?"

"Gak lama, sultan jaringannya selalu 4G." sombongnya sembari mencoba merogoh kantong celananya mengambil ponsel.

"Mangga nya aja yang dibeli." saran Bima datar dari teras.

"Lagian lo gak punya tangga apa?" sambar Steffi yang dari tadi juga sudah gemas dengan dua orang itu.

"Lo masih ingat kan, gue gak boleh sembarangan ambil barang atau bahkan sembarangan masuk ruangan yang ada di rumah ini." jawab Gilang malas. Malas mengingat deretan hukuman yang diberi oleh raja di rumahnya.

"Makanya tangan lo jangan yang macam-macam terus," pesan Steffi baik-baik.

Mereka bersikeras mengambil buah mangga itu bukan untuk dimakan bersama. Tapi memang ada seseorang yang tengah menunggu mangga muda dari halaman rumah sultan itu.

"Kalian juga jangan lupa, Tante Jisa itu maunya mangga dari pohon yang ada di pekarangan rumah sultan ini." peringat Gilang pada empat orang yang ada di teras. Lebih tepatnya mereka tengah berteduh.

Sedangkan Gilang dan Fira betah panas-panasan menatap pohon mangga itu berharap ada satu saja mangga muda yang jatuh percuma.

"Nanti kalau gak dituruti, anaknya ileran. Kalian mau tanggung jawab?" tambah Fira dengan nada polosnya.

Semua hanya bisa melongos. Percuma berdebat dengan si polos itu.

Tante Jisa, adik kandung dari Mama nya Fira itu sekarang sudah menunggu mereka. Lebih tepatnya menunggu mangga muda, tapi harus dari halaman rumah sultan. Cerewet sekali, tapi mau bagaimana lagi.

Mereka memang sudah cukup dekat dengan perempuan bernama Jisa itu. Seorang dosen di fakultas kedokteran yang selalu menjadi guru private mereka jika akan ada ulangan. Jadi wajar saja kalau perempuan itu meminta sesuatu yang sedikit merepotkan, karna mengajari mereka lebih menyusahkan.

"Cepat Gilang, manjat aja!" gesak Fira sekali lagi.

"Huh! Iya, iya!"

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Where stories live. Discover now