TFH | 5.SPECIAL HUMAN

159 69 57
                                    

👣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👣

Ayya memasuki gerbang sekolah dengan cukup semangat. Ia mencoba merapikan lagi seragamnya juga tak lupa berdoa semoga tak ada ulangan dadakan dari Bu Pou hari ini.

Baru satu Minggu masuk, aktif belajar juga baru tiga hari, tapi guru itu sudah mengancam memberi ulangan. Itulah alasan Ayya tak suka mata pelajaran yang jadwalnya berderet hari.

Juga kalau bisa jangan sampai Ayya mendengar suaranya yang menggelegar. Satu doa lagi untuk hari ini, semoga ia tak bertemu apapun yang menyakitkan dari orang masa lalu.

"Ayya!"

Panggilan dari orang bersuara cukup berat itu sukses membuat Ayya membalikkan tubuhnya dengan cepat. Ada Vyan yang tangannya masih memegang helm ojek online.

Setelah mendapat respon dari Ayya yang berupa senyum itu, barulah Vyan memberi helm itu pada sang driver. Setelah memberi sejumlah uang, ia berjalan menuju Ayya.

"Loh, kok naik Ojol? Motor abang kemana?" tanya Ayya keanehan melihat pemandangan tak biasa itu. Kemana motor dengan warna lipstik emak-emak kebanggaannya itu?

"Kenapa nyariin motor gue? Kangen dianterin pulang ya?" godanya sedikit menyenggol Ayya hingga cewek itu sedikit oleng.

"Ihh, pede banget. Aneh aja, tumben gitu naik Ojol," elaknya memberi penjelasan.

Vyan perlahan berjalan untuk lebih masuk ke halaman sekolah. Ayya membuntutinya karna pertanyaannya tadi belum diberi jawaban.

"Hari ini jadwal diservis," jawabnya. "Emang setiap Jum'at motor itu diservis."

"Seminggu sekali?"

Vyan mengangguk membenarkan. "Ibarat manusia, dia udah gagal ginjal kronis stadium akhir dan harus cuci darah seminggu sekali."

Ayya menyipitkan matanya keanehan sambil menahan tawa. "Terus kenapa masih dipertahanin?"

"Masih sayang lah," jawabnya cepat dan seadanya.

"Dihh, dasar budak cinta." cibirnya. "Terus mau sampai kapan dibegoin sama motor yang disayang itu? Mempertahankan sampai udah punya istri?"

"Oh, sampai Kakek Nenek kalau bisa sih. Lagian kalau disuruh pilih, naik mobil, pesawat, kapal, naik motor, dan jalan kaki, lebih enak jalan kaki."

"Serius?"

"Istri abang nanti itu yang gak suka pakai kendaraan, sukanya jalan kaki. Prinsipnya, kan, menjalani hidup, bukan mengendarai hidup."

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Where stories live. Discover now