TFH | 22.MELELAHKAN

70 16 27
                                    

👣

Ayya menghembuskan nafasnya lega. Akhirnya pelajaran yang membosankan ini berakhir. Tugasnya yang semalam dikerjakan Vyan bisa diterima dan tidak ada yang salah satupun. Memang, Abang nya itu adalah Abang yang paling hebat.

Hari ini semua kembali seperti biasa. Uang jajan Ayya tak boros, sarapan lebih sehat, dan ada susu kotak yang hari ini rasa keju. Meski belum Ayya santap.

"Heh!" tegur orang yang ada di ambang pintu.

Ayya menoleh, senyumnya terbit. Ada Vyan di sana. Ayya bangkit dan mencoba menghampiri orang itu. "Abang ngapain ke sekolah?"

"Ada urusan sedikit," jawabnya santai sambil terus melirik keadaan kelas Ayya yang cukup ramai.

"Sekolah butuh cap jari Abang," jelasnya dengan terkekeh sombong.

"Mulai," sindir Ayya dengan malas. Tapi ia tersenyum, sepertinya Ayya merindukan kesombongan orang itu.

Vyan menyengir. Sedetik kemudian ia mencoba melihat apa yang membuat Ayya tersenyum di mejanya tadi. Rupanya ada barang-barang yang ia beri tadi pagi.

"Kenapa bekal belum dimakan? Susu juga belum diminum, apa maksudnya begitu?" tanya Vyan tak santai.

"Ini padahal mau makan," jawab Ayya mencoba menenangkan Vyan.

Vyan mengangguk mengerti, "Kita ke kantin aja gimana? Kamu bawa aja bekal kamu,"

"Iya," angguknya. Sebuah senyum simpul terbit begitu saja.

"Selamat diterima, Ayya! Selamat diterima, Ayya!"

"Selamat diterima jadi calon ketua OSIS, selamat diterima Ayya!"

Nyanyian itu bernada lagu ulang tahun. Sedikit terdengar aneh memang, tapi itulah yang Gilang nyanyikan.

"Nada lo berantakan, Mawang!" protes Galang dengan menyentil telinga kiri Gilang.

"Heh! Jaga adab sama Abang lo!" peringat Gilang.

"Gak malu lo manggil diri lo sendiri Abang di sini?" bisiknya. "Gue adek lo aja udah lulus, lo belum. Apa kata orang nanti?"

"Biarin, kan gue yang malu, bukan lo. Tumben lo perduli," sindir Galang pada orang itu.

"Lo semua lama, gue duluan." pamit Bima dan melangkah begitu saja.

Mereka berjanji akan ke kantin. Tapi karna ada adu mulut di antara si kembar itu, waktu mereka terbuang cukup banyak.

Tak butuh waktu bermenit-menit, Bima menghilang ditelan persimpangan tembok. Si kembar menyusulnya lebih dulu. Ayya kembali ke dalam kelas untuk mengambil bekalnya lalu segera kembali pada Vyan dan menyusul ke kantin dengan berjalan santai.

"Abang gak ada kelas?"

"Nanti siang. Tapi sampai sore. Kamu pulang sama teman, ya?"

Vyan menarik nafas dengan pandangan lurus ke depan. "Beberapa Minggu ke depan kayaknya Abang bakal bener-bener sibuk. Soalnya Abang bakal ikut turnamen ML internasional yang Abang ceritain waktu itu,"

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang