TFH | 1.PLS & PKO

415 106 115
                                    

Jangan simpulkan cerita ini hanya dari 1 chapter pertama! Mungkin hanya karna perkenalan yang pasaran. Mengandalkan keterlambatan pergi sekolah, kalian sudah menyimpulkan cerita ini akan sama saja seperti cerita kebanyakan.

Bacalah setidaknya 2 atau 3 chapter, atau kalian boleh langsung ke chapter 20, 21, 22, dan seterusnya. Kalian akan temukan perbedaan cerita ini dengan cerita yang lainnya.

 Kalian akan temukan perbedaan cerita ini dengan cerita yang lainnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Semua pengalaman hidup orang berbeda-beda. Ada pengalaman kesan pertama yang tak enak. Tapi ada juga kesan pertama yang menyejukkan dalam benak."

👣

"Astaghfirullah, ini gak sempet sarapan ini!" ucapnya sambil terus bergegas memasang tali sepatunya.

Ia segera menyandang tasnya pada bahu sebelah kanan dan mengunci pintu rumah. Berkali-kali ia berdecak. Doanya hanya semoga saja ia tidak terlambat. Langkahnya sangat besar dan tergesa-gesa.

Nasibnya cukup baik, taksi datang melewati dirinya kemudian berhenti karna lambaian tangan. Setelah ia berhasil masuk, alat transportasi itu segera meninggalkan jalan yang ada di hadapan rumahnya.

Tak ada yang bisa Ayya lakukan. Ia sudah lelah mengeluh dan berdecak sebal pada dirinya sendiri yang selalu bablas kalau tidur sendirian. Sekarang ia harus selalu bersuara pada sang sopir taksi untuk melajukan taksinya dengan segera. Gelisah, bahkan sangat. Ayya terus menepuk-nepuk pahanya. Harapan selanjutnya adalah semoga pagar juga berpihak baik padanya.

Begitu taksi sampai di depan pagar sebuah bangunan besar berlantai tiga itu, matanya membelalak. Mulutnya langsung saja berteriak. "Alhamdulillah..."

Pagar hitam tinggi itu masih terbuka cukup lebar. Ia segera merogoh kantong bajunya untuk mengambil beberapa uang dan membayar jasa taksi itu.

"Terimakasih, pak," ucapnya ramah sembari menyerahkan beberapa lembar uang.

Sang sopir mengangguk dengan balas tersenyum ramah. Ayya langsung saja keluar dari mobil itu dan segera memasuki area sekolah dengan langkah setengah berlari andalannya. Sambil terus menelusuri koridor dan menuju tangga untuk naik ke lantai paling atas, ia berkhayal akan menabrak seorang cowok ganteng lalu berkenalan.

Ah, sepertinya akan menjadi cerita manis jika memang menjadi kenyataan. Sayang, ketahuilah, apapun yang Ayya khayalkan tidak akan menjadi kenyataan.

Kringggg...

"Astaga, woi, ini bukan khayalan gue!" monolognya kasar dan menambah kecepatan langkahnya.

👣

Steffi masih setia berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada seraya meneliti orang yang sedang ditunggunya. Ica sudah puluhan kali melirik jam tangannya, memberitahu Steffi bahwa berapa menit lagi apel pagi akan dimulai. Sedangkan Fira masih sibuk mencari topinya yang hilang entah kemana, padahal semalam masih ia pakai.

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Where stories live. Discover now