Bagian 16

58 7 0
                                    

Selamat membaca!

**

Setiap libur sekolah Ririn akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Termasuk sedikit menyegarkan pikiran dengan mengajak Diva dan Hofifah untuk main ke rumahnya. Pagi tadi sekitar pukul 08.30 WIB ke dua gadis itu datang secara bersamaan dengan menggoes sepeda. Ririn sampai dibuat tertawa terpingkal-pingkal karena melihat Diva yang ngos-ngosan setelah membonceng Hofifah.

Dengan sisa tawanya, Ririn meletakkan minuman di atas meja untuk disuguhkan pada tamu kehormatannya hari ini. "Lagian kalian tuh, ya, udah tau jarak ke sini lumayan jauh. Bertingkah pula naik sepeda. Kan ada jasa ojol," ujar Ririn. Kemudian ia mendudukkan diri di atas sofa dengan bantal sofa sebagai tumpuan siku tangannya.

"Tahu tuh Diva. Kamu bayangin Rin, dia jam tujuh udah di rumah aku. Udah nangkring aja sama sepedanya di luar. Mana nggak manggil. Ngehubungin juga nggak," sewot Hofifah. Diva yang mendengar hal itu hanya cengegesan, membuat Ririn menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua temannya itu.

"Hemat ongkos. Lagian hari ini kan weekend, jadi sekalian olahraga deh," ujar Diva.

Tatapan sinis Hofifah tertuju pada gadis itu, "Aku nggak suka olahraga."

"Ya ... bodo amat."

"Udah, udah. Kok malah berantem sih. Terus kita mau kemana sekarang?" tanya Ririn.

"Kemana kek, beli bakso, nongkrong di depan minimarket atau apa. Lama-lama di sini juga bosen soalnya," sahut Diva.

"Jalan kaki?"

"Naik sepeda aja, sekalian sepedaan," usul Hofifah.

Hm, oke. Akhirnya Ririn mengangguk setuju. Begitu pula dengan Diva.

"Bentar, gue ganti baju dulu. Jangan lupa habisin suguhannya, ya!" ujarnya seraya berlari menuju kamar.

Tidak butuh waktu lama memang, sepuluh menit kemudian pun, Ririn sudah kembali di hadapan Diva dan juga Hofifah. Kali ini dia mengenakan kaos berwarna army dengan light jeans, berbeda dengan tadi yang hanya mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu dan hotpants.

"Gue bawa sepeda juga nih?" tanya Ririn pada kedua temannya.

Ririn pikir ke dua temannya akan menganggukkan kepala. Namun ternyata Diva lebih dulu menawarkan diri untuk memboncengnya. "Gue boncengin aja, Rin. Biar bisa giliran juga."

"Lah terus aku gimana? Kan ke sini nggak bawa sepeda," ujar Hofifah membuat Ririn dan Diva bingung seketika.

"Yaudah lo pake sepeda gue aja, Fah. Biar gue diboncengin Diva," usul Ririn.

Hofifah mengangguk dan segera mengambil sepeda yang ada di garasi rumah Ririn. Setelahnya Ririn segera mengajak kedua temannya untuk keluar karena rumah akan ia kunci selama bersepeda.

"Siap?" tanya Diva seraya melirik Hofifah dan meminta kepastian Ririn yang ada di boncengannya.

"Siap!" jawabnya kompak bersama Hofifah.

Tidak ada yang istimewa memang. Tapi bersepeda bersama teman sekolah adalah hal yang luar biasa bagi Ririn. Selama ini dirinya jarang sekali melakukan aktivitas di luar rumah. Ya paling dekat ke minimarket seberang perumahannya saja.

Saat menuju blok lain, tiba-tiba Hofifah yang melaju lebih dulu menghentikan goesannya. Membuat Diva yang ada di belakang gadis itu ikut-ikutan berhenti.

"Kenapa, Fah?" tanya Ririn.

"Itu bukannya Abi, ya?" tunjuk Hofifah ke arah tenda penjual bubur ayam.

About Him, AbiWhere stories live. Discover now