Bagian 14

103 5 1
                                    

Selamat membaca!

**

Cinta? Apa artinya?

Bahkan sampai saat ini Ririn tidak menemukan definisi yang tepat. Tidak, sampai ia merasa sakit hati karena obrolan Abi dan Syfa tadi pagi. Jika mengingat hal itu, dirinya sangat benci dan rasa ingin marah menguar begitu saja. Tapi tidak tau harus melampiaskan pada siapa? Kenapa pula ia harus marah? Cuma seorang Abi doang.

HAHA, IYA ABI DOANG, tapi mampu membuatnya selalu memikirkan cowok itu.

Ririn sudah bilang, 'kan? Kalau ia jatuh cinta pada cowok itu. Namun ucapan dan responnya masih selalu menyangkal. Belum, sampai ia berhasil memastikan bahwa Abi pun menyukai dirinya, hingga menaruh perasaan lebih dibandingkan dengan perasaannya pada yang lain.

"Ririn ke supermarket dulu, Yah," izinnya.

Membeli keperluan seperti makanan ringan, dan skincare yang harganya ramah di kantong, hanya ia temukan di supermarket. Di sana lengkap dari brand yang selalu ia tonton di iklan. Ririn selalu banyak bersyukur, karena wajahnya tidak selalu muluk-muluk harus mengenakan krim dari dokter, yang mana harganya bisa mendapatkan tiga bahkan empat produk di supermarket.

"Mau Ayah temani, nggak?"

Ririn menunjukkan cengirannya. Kemudian tangannya menengadah, "Uangnya aja, hehe ... takut kurang."

Plis, ya teman-teman, kalian jangan berpikir bahwa Ririn merupakan gadis SMA yang telah memiliki akses untuk memegang kartu debitnya sendiri. TIDAK! Gadis itu hanya diberikan jatah uang untuk satu minggu. Jika kurang, ya ... seperti ini, meminta tambahnya.

Kemudian Ayahnya terkekeh dan mengeluarkan dompet dari saku celananya lalu memberikan uang pada Ririn.

"Makasih Ayaaaaaah! Aku pergi dulu!" Ririn berlari setelah mendapatkan uang dari sang Ayah.

"Hati-hati!"

**

Keranjang belanjanya sudah penuh dengan berbagai macam makanan ringan dan juga beberapa perawatan tubuh seperti sabun cair dan juga sampo. Eits, tidak lupa dengan masker wajah dan juga micellar water yang minta dibelikan baru, karena yang lama telah habis.

Ririn kemudian berjalan menuju rak yang menyimpan jajaran cokelat dan berbagai macam permen. Tangannya tertarik untuk memasukannya ke dalam keranjang. Tapi setelah dipikir-pikir, lebih baik ia tidak membelinya. Karena ia tidak benar-benar menginginkannya.

"Ngapain lo di sini?" tanya seseorang mengejutkan Ririn yang sedang berpikir perihal cokelat yang sudah ia sentuh tersebut.

"Lo ngapain di sini?" Ririn bertanya balik.

Abi, cowok itu, mengambil cokelat yang semula disentuh Ririn, "Gue mau beli ini."

"Aaaah, ngapain jomlo beli cokelat?" ejek Ririn. Hello, dirinya juga jomlo.

"Lo sendiri, jomlo tapi nyentuh cokelat. Mau beli 'kan, lo? Artinya ... cokelat bukan buat orang yang lagi pacaran aja!" jawab Abi seraya berjalan ke arah kasir dan meninggalkan Ririn berdiri dipijakannya sendiri.

Gadis itu memilih untuk tidak ambil pusing. Palingan Abi membeli cokelat untuk Syfa. Sore-sore begini cowok itu pasti akan pergi apel bersama kekasihnya. Walaupun bukan malam minggu.

Ririn melanjutkan acara belanjanya. Setelah dirasa cukup, ia segera berjalan ke arah kasir dan menurunkan barang dari keranjangnya. Matanya menatap sang kasir yang lihai men-scan belanjaan.

About Him, Abiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن