Bagian 3

95 16 7
                                    

Selamat membaca!

**

Untuk bisa terlihat hebat di mata semua orang. Lo cuma perlu jadi diri sendiri, yang apa adanya. Nggak perlu berpikiran buat ngerubah apa yang udah ada.
Kalo itu terjadi, lo sama aja cari mati sama takdir.

-Ardian Hasbi

**


Sejak perkenalannya dengan Abi beberapa minggu yang lalu. Kini cowok itu sangat gencar menjahilinya. Selalu saja menghancurkan mood yang yang sedang baik menjadi turun kembali. Yang paling tidak Ririn sukai, Abi selalu menganggunya jika guru sedang menjelaskan pelajaran.

Hari ini, di saat anak yang lain, termasuk Diva dan Hofifah berada di luar untuk menikmati waktu istirahat pertamanya. Ririn malah sedang menulis materi sejarah Indonesia. Ia tertinggal, karena tadi menulis di papan tulis.

"Rin!"

Ririn mendongakan kepalanya, saat namanya terpanggil.

"Abi? Kenapa?" tanyanya, saat ia mengetahui bahwa yang memanggilnya adalah Abi.

"Lo nggak ke kantin?" tanya Abi, seraya duduk di atas meja Ririn.

Ririn mendorong bahu Abi, agar turun dari meja, "Lo jangan duduk di meja. Pamali!"

"Masih aja percaya sama yang namanya pamali?" tanya Abi seraya tertawa keras.

Ririn mendelik ke arah Abi. Sudah satu minggu sejak dirinya berkenalan dengan Abi, ia merasa Abi berubah. Tidak seasik, seperti saat mereka berkenalan pertama kali. Sekarang Abi sangatlah menjengkelkan. Gemar mengganggu Ririn.

"Lagian lo ngapain sih, di sini? Yang lain pada jajan juga," ujar Abi.

Ririn menghela nafasnya, "Lo nggak liat, gue lagi nyatet," ia melanjutkan kegiatan menulisnya.

"Yaudah sih, Rin. Nanti lagi nyatetnya, lo nggak laper emangnya?"

"Nggak."

"Yakin?"

"Iya, gue yakin. Lo, kok jadi bawel gini sih? Bagusan dulu, lo nggak pernah ganggu gue," ujar Ririn. Tangannya sudah gatal, ingin menghancurkan waja Abi.

Dengan santainya, Abi terkekeh, "Kalo gue nggak ganggu lo. Hidup lo yang ada malah kesepian."

Ririn mengernyit tidak suka ke arah Abi, apa maksudnya dia berbicara seperti itu?

"Heh, gue masih punya Diva sama Hofifah kali. Hidup gue nggak semengenaskan itu!"

Abi menatap serius ke arah Ririn. Membuat cewek itu meneguk ludahnya sendiri, ekspresi Abi kali ini, benar-benar berbeda.

"Sikap gue emang dari dulu udah kaya gini, Rin," ujar Abi.

Ririn berusaha untuk memasang raut biasa saja nya, kepada Abi, "Iya, bagus di awal, lanjutannya jelek semua. Lo itu 'kan waktu awal-awal kenalan sama gue, kalem. Sekarang jailnya mulai ketahuan."

Abi menaikan sebelah alisnya, ia mendekatkan wajahnya ke arah Ririn, "Persis kaya lo," desisnya. Membuat Ririn segera mendorong wajah itu ke belakang.

About Him, AbiWhere stories live. Discover now