Bagian 5 (A)

93 15 2
                                    

Selamat membaca!

**

Gue nggak tahu. Apakah ini rasa biasa, atau mungkin, rasa yang luar biasa, terhadap lo?

-Unknown

**

Hachim!

Entah sudah bersin berapa kali Ririn, pagi ini. Dihitung sejak ia selesai melakukan ibadah sholat subuh, tiba-tiba ia merasa pening dan badannya menggigil.

Ia sudah mencoba menghubungi Ayahnya, tapi nihil, panggilannya tidak diangkat. Mungkin Ayahnya memang sedang sibuk, sampai harus lembur semalaman.

Memilih untuk tidak memaksakan diri, akhirnya Ririn menelpon wali kelasnya, untuk izin tidak masuk sekolah, karena sakit.

Sayang sekali, padahal Ririn ingin terus masuk sekolah agar daftar hadirnya selalu terisi. Namun keadaan sekarang berbeda lagi, sehingga dirinya tidak jadi masuk sekolah. Padahal ia sudah berpakaian rapi, tapi flu malah menyerangnya.

Alhamdulillahirrabil'alamin, terima kasih ya Allah, aku masih bisa merasakan rasa sakit ini, gumam Ririn, semakin mengeratkan sweeter tebalnya untuk menghalau rasa dingin. Padahal AC pun, sudah dimatikan.

Ririn hendak bangun untuk membuat susu sebagai pengganjal perutnya, pagi ini.

Belum juga Ririn melangkahkan kaki, ia sudah terduduk kembali, ke atas kasur. Kali ini ia benar-benar merasa sangat lemas.

Bip bip

Terdengar bunyi notifikasi dari ponsel Ririn. Gadis itu segera meraih dan mengangkat panggilan masuk dari Hofifah.

"Assalamualaikum, Rin," ujar seseorang dari seberang sana.

Ririn mengerutkan keningnya. Matanya kembali melihat ke arah layar ponsel, bener kok, ini nomor Fifah, tapi kenapa yang muncul suara cowok? Batin Ririn mulai bertanya-tanya. Namun tak urung gadis itu segera mendekatkan kembali ponsel ke telinganya.

"Waalaikumsalam," jawabnya.

"Rin, i-ini aku, Jajang," ujar seseorang di seberang sana, lagi. Yang ternyata adalah Jajang.

Ririn menganggukan kepalanya, walaupun ia tahu Jajang tidak akan mungkin bisa melihatnya, "Ada apa, Jang?" tanya Ririn, hidungnya tidak berhenti mengeluarkan suara menggelikan karena terlalu sering bersin.

"Duuuuh, Jajang! Lo ngomongnya lama banget. Sini biar gue aja yang ngomong!" Terdengar suara ribut di seberang sana. Ririn terkekeh, iya merasa yakin kalo saat ini Jajang sedang didemo teman-temannya.

Ririn jadi merasa kasihan pada Jajang. Mungkin saat ini, anak itu banyak mendapat perlakuan kurang baik dari teman yang lainnya, selain Ririn. Karena memang, jika di kelas, Jajang hanya mau berbicara panjang lebar jika dengannya saja.

"Rin? Hallo?" Ririn mengenali suara ini, pasti Lintang.

"Iya apa?" kata Ririn dengan suara bindengnya.

About Him, AbiWhere stories live. Discover now