Pekat (2)

45 3 4
                                    

"Cepet, Af!"

Motor Aftab melaju penuh. Sebenarnya dalam hati, Aftab memaki diri. Sama seperti Kelina, dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti. Sesampai di depan pagar rumah, motor Aftab tepat berhenti. Mobil Arsen terlihat sudah terparkir di perkarangan rumah. Kelina langsung bergegas turun, dia melesat cepat berlari masuk, meninggalkan Aftab begitu saja.

"Kelina, tunggu!"

Kelina tidak pedulikan panggilan Aftab di sana. Kelina sangat khawatir. Dia yakin pasti Arsen sudah menunggu Kelina dengan penuh amarah di dalam rumah.

Jantung Kelina berdegup kencang, napasnya terengah. Kelina menelan ludah untuk membuka knop pintu utama rumah. Bagaimana pun nanti, Kelina harus menghadapinya.

Kelina masuk ke dalam rumah. Ruang depan di sana terasa mencekam bagi Kelina. Benar saja, Arsen sudah menahan murka berdiri di sisi ruangan.

Kelina menunduk, menghampiri perlahan. "Ayah?"

"Bagus ya kamu keluar malam seperti ini!"

"Ma--maaf, Yah. Tadi, Kelina--"

Plak!

Belum sempat Kelina menyempurnakan kalimatnya, layangan telapak tangan Kelina dapati. Rasa panas dan perih mengalir cepat dari pipinya. Mata Kelina sudah tidak bisa menahan air mata.

"Mulai berani kamu!"

"Ini salah saya, Om." Seseorang menyergah Arsen.

Kelina menoleh, cukup terkejut. "Aftab?"

"Dan sekarang kamu semakin berani bawa laki-laki ke sini, Kelina!"

Kelina terpejam ngeri, Arsen hendak menamparnya lagi. Namun tangan kekar Arsen berhasil tertahan oleh Aftab di sana.

"Stop, Om! Jangan sakitin Kelina!"

Arsen geram bukan main. Tangannya yang ditahan sama Aftab itu, ia gunakan untuk mendorong Aftab sekuat mungkin.

Bruk!

Gimana pun tenaga Arsen jauh berkali lipat dibanding Aftab. Aftab berhasil terlempar. Punggungnya terasa remuk terbentur keras dengan dinding ruangan.

"Jangan kurang ajar sama saya!"

"Ayah!" Kelina memekik lihatnya. Dia langsung berlari menghampiri Aftab.

"Kelina terima kalau Ayah nyakitin Kelina! Tapi jangan pernah nyakitin orang lain, Yah!"

Kelina beralih pada Aftab. Pemuda itu masih meringis kesakitan. Sungguh, Kelina tidak bisa terima jika Aftab ikut jadi korban kekerasan Arsen.

"Af ... " Mata Kelina bergelinang. Kelina tidak mau Aftab seperti ini.

Gak, Kel. Gue gak akan pergi.

Seperti tahu apa isyarat yang Kelina berikan. Aftab malah menggeleng. Coba meyakinkan Kelina bahwa dia tidak apa-apa.

"Kelina masuk!" Arsen berteriak di sana.

"Kelina gak mau!"

Jawaban itu justru membuat Arsen tambah murka. Arsen langsung menarik tangan Kelina. Cengkramannya sangat kuat. Kelina hingga meringis, berdiri di samping Arsen.

"Yah! Sakit!" Kelina menepis genggaman Arsen sekuat tenaga.

Arsen beralih mengambil asal vas bunga di atas meja tepat di belakangnya. "Ingat jangan pernah kamu dekati Kelina lagi!"

"Aftab!"

Kelina langsung lari melindungi Aftab. Vas bunga itu melayang menuju Aftab. Namun keadaan berbalik, Aftab berhasil sigap menarik posisi Kelina. Hingga sekarang tubuh Aftab yang melindungi Kelina.

REMENTANGWhere stories live. Discover now