Lentera Lama (1)

143 20 1
                                    

Kelina kembali ke rumah lamanya saat menjelang senja. Bude Nami tampak sibuk memasak di dapur sana. Sedangkan Tari dengan kursi rodanya tengah mengupas buah apel di meja makan.

Sejak Kelina memutuskan untuk ikut bersama Arsen tiga tahun lalu, Bude Nami lah yang selama ini menemani Mamanya itu. Mengingat Bude Nami tidak bisa memiliki anak dan ditinggalkan suaminya meninggal dunia, dengan senang hati Bude Nami tidak amat keberatan dengan hal itu. Bahkan Bude Nami pun sudah menganggap Kelina seperti anaknya sendiri.

"Kelina dari mana, sayang?" Tari beralih saat Kelina menghampirinya.

"Dari makam Kak Ghani, Ma."

Tari hanya tersenyum, mengangguk mengetahuinya.

"Kak Ghani beneran gak benci sama Kelina kan, Ma?"

Tari yang tadi tengah memotong buah apel di depannya, terhenti. Dia menghela napas pelan. Tersenyum hangat dengan bibir pucatnya. Sudah berkali dalam tiga tahun Kelina menanyakan hal tersebut.

"Kak Ghani gak akan pernah membenci kamu, sayang."

"Tapi gara-gara ingin nyelamatin aku, Kak Ghani meninggal, Ma."

"Itu karena Kak Ghani sayang sama kamu."

"Kelina jahat sama Kak Ghani, Ma."

Saat itu juga Tari mencubit gemas pipi Kelina. Sesungguhnya dalam hati Tari, dia tidak ingin melihat anaknya bersedih.

"Kak Ghani itu pergi karena takdir, bukan karena kamu atau siapapun. Nanti malam kamu malah didatangi Kak Ghani, lho. Kak Ghani bilang 'Kelina jelek. Cemberut mulu di depan Mama.'"

Kelina berhasil tersenyum melihat gestur Mamanya yang memperagakan ucapan itu. Kelina sangat merasa berharga ketika bersama Tari. Kelina tidak pernah salah jika mengatakan Tari adalah wanita yang kuat. Bahkan Kelina belum tentu bisa setegar Tari untuk ceria dengan beban yang begitu banyak.

Tari mengulurkan sepotong apel yang dikupasnya pada Kelina. "Sepotong buah manis untuk anak gadis Mama yang manis."

Kelina terkekeh menerima suapan buah apel dari Tari. Mamanya memang paling pintar menghibur dan menggoda Kelina.

"Masakan Bude Nami yang paling lezat sudah matang!"

Kelina menahan senyum, menggeleng kepala melihat gestur Bude Nami yang seolah menganggap dirinya sebagai chef paling handal.

Semangkuk besar sup jamur kini sudah di depan Kelina. Bude Nami kembali ke dapur untuk mengambil masakan lainnya.

Sekilas Kelina tidak sengaja melihat sebuah frame foto yang terpajang di sudut ruangan sana. Itu foto dirinya, Kak Ghani, dan seorang anak laki-laki yang sama dalam foto di rumahnya bersama Arsen. Kelina jadi ingat dengan apa yang dia dapati di makam Kak Ghani tadi.

"Mama ingat gak anak laki-laki yang dulu teman dekat Kak Ghani?" Kelina bertanya.

Tari mengangguk. "Teman dekat kamu juga, kan?"

"Iya. Tapi itu dulu," ucapan Kelina merendah saat itu juga.

"Dia sering jenguk mamah kesini kalau pulang sekolah. Tapi, lima bulan terakhir dia belum kelihatan lagi. Mungkin dia pindah ke tempat lain."

Kelina mengerutkan dahi. "Kok aku gak pernah ketemu?"

"Dia datang pas dia pulang sekolah aja, sayang. Libur sekolah dia gak ke sini. Kamu juga jarang ke sini kan."

"Kok Mama gak pernah cerita sama Kelina?"

"Kamu gak pernah nanya."















REMENTANGWhere stories live. Discover now