K&Q S.3 - 14

48K 6.5K 474
                                    

Selasa (17.38), 24 Maret 2020

-------------------------------

"Berani sekali kau melukai suamiku."

Queenza mengibaskan tangan ke arah Edrick. Seketika muncul kelopak-kelopak bunga yang bergerak sangat cepat menyerang Edrick. Bukannya menghindar, Edrick maju menghadapi bunga-bunga itu dan menempatkan dirinya di depan Tavisha untuk melindungi sang istri.

Tangan Edrick terulur. Lalu dia membuat gerakan menyapu ke arah kelopak-kelopak bunga itu. Hanya dalam waktu sedetik, kelopak-kelopak bunga itu hangus menjadi butiran debu.

Tapi rupanya itu hanya pengalihan. Edrick terbelalak karena tidak sempat menduga serangan berikutnya. Segumpal asap hitam menghantam dadanya dengan keras hingga dia sedikit terlempar dan jatuh setelah menghantam dinding pelindung ciptaan Tristan.

"Edrick!" Tavisha berseru kaget dan takut. Dia berniat menghampiri Edrick namun tubuhnya susah digerakkan. Rupanya Kenzie yang menyadari bahaya segera berdiri dan menahan tubuh Tavisha tetap di tempatnya.

"Kurasa sudah cukup," gumam Kingsley.

Tatapannya masih tertuju pada Edrick yang kini menggeliat di lantai dengan erangan sakit tertahan. Asap hitam yang dikeluarkan Queenza membakar seperti api dan tidak bisa dipadamkan kecuali si empunya sendiri yang memadamkannya. Kingsley memperhatikan dengan tertarik karena tubuh Edrick yang terbakar dengan cepat memulihkan diri. Tapi melepuh kembali karena asapnya masih menempel. Itu siksaan yang menyakitkan.

"Sudah, Queen. Padamkan!" perintah Kingsley.

Queenza menoleh ke arah Kingsley. Saat melihat luka di pipi Kingsley yang masih berdarah, kemarahannya kian tersulut.

"Dia akan melukaimu lagi," geram Queenza.

"Tidak akan. Malah kalau dibiarkan, manusia itu yang nanti akan mati karena mamaksa mendatanginya."

Queenza menatap Tavisha yang kini balas menatapnya dengan air mata bercucuran. Tanpa suara, bibir wanita itu membentuk kata "tolong".

Akhirnya Queenza mengalah. Lagi-lagi dia mengibaskan tangan. Kali ini yang muncul adalah angin pelan yang langsung memadamkan asap hitam di dada dan lengan Edrick. Tampak pakaiannya sudah koyak menampakkan kulit yang memerah lalu dengan cepat berubah normal kembali.

"Edrick," Tavisha langsung menghambur memeluk Edrick begitu dia bisa bergerak. Tangis tertahannya berubah menjadi isakan saat dia menenggelamkan wajahnya di sisi leher lelaki itu.

"Kau mau coba juga?" tantang Kenzie pada Myria dengan suara pelan saat dia kembali duduk di samping wanita itu.

Tapi Myria tak mengatakan apapun. Hanya membeku dengan jemari saling meremas di pangkuan. Hal itu tidak luput dari perhatian Kenzie. Untuk ukuran anak makhluk jahat sekelas Thane, Myria terlihat sangat lemah dan penakut. Ataukah itu hanya akting?

"Kenapa kalian melakukan ini?!" mendadak Tavisha berseru seraya menatap mereka semua lalu berhenti lama pada Queenza. "Kami tidak menaruh curiga padamu. Kami datang baik-baik. Kenapa kalian menyakiti kami?"

Perlahan kemarahan Queenza mereda dan matanya berubah menjadi hitam kembali. Saat itulah rasa bersalah menghampirinya. "Maaf," ucapnya pelan. "Aku benar-benar tidak bisa melihat suamiku terluka."

Mendengar itu Kingsley menyeringai. Dia ingin sekali menarik tangan Queenza dan membuat gadis itu jatuh ke pangkuannya. Tapi menilai situasi sekarang, sebaiknya tidak membuat Queenza merasa lebih buruk lagi.

"Aku juga—"

Kingsley mengangkat tangannya sebagai isyarat agar perdebatan tidak berlanjut. "Kita di sini sama-sama berusaha melindungi apa yang menurut kita berharga. Sikap waspada kami terhadap kalian juga, alasannya seperti itu. Kami pikir kalian adalah ancaman. Karena itu kami sedikit keras."

Kingsley & QueenzaМесто, где живут истории. Откройте их для себя