4a

220K 21.6K 2.9K
                                    

Minggu (08.43), 14 Oktober 2018

-----------------------

Queenza menggoreng empat butir telur untuk sarapannya pagi ini dengan hati dongkol. Kemarahannya tampak jelas dari sikap kasarnya saat masak, membuat Kingsley tak berani mengganggu dan hanya duduk diam di salah satu kursi meja makan sambil memperhatikan punggung gadis itu.

Selesai menggoreng telur, Queenza menghidangkannya di satu piring lalu membawanya ke meja makan. Sejenak, dia kembali ke pantri untuk mengambil air dingin dalam kulkas. Desah kesalnya terdengar melihat kulkasnya kosong. Mau tidak mau dia harus berbelanja hari ini.

Dengan telur goreng dan segelas air dingin di hadapan, Queenza makan dengan lahap. Mengabaikan sosok di seberangnya yang menatap dalam diam. Dia bahkan tidak tertarik sekedar basa-basi menawarkan Kingsley sarapan. Toh tengkorak jelek itu sepertinya tidak makan apapun selain darahnya.

"Seharusnya aku yang marah karena kau membuat kepalaku tersangkut dalam kotak hitam itu. Tapi kenapa sekarang kau yang marah?" tanya Kingsley akhirnya, memecah keheningan di antara mereka.

Kesal, Queenza menatap tajam ke arah kepala tengkorak Kingsley. "Kau merusak tv-ku! Itu peninggalan kedua orang tuaku dan aku tidak punya cukup uang untuk membeli tv baru. Aku juga tidak tahu apa yang akan menimpaku di masa depan, jadi aku harus punya simpanan uang sebagai pegangan. Bisa saja, salah satu makhluk aneh itu menculikku lagi."

"Lagi?" tanya Kingsley penasaran. "Aku baru ingat kau belum menceritakan bagaimana kau bisa terdampar di dimensi atas."

"Memang belum."

"Jadi, bagaimana?" desak Kingsley.

Sebenarnya Queenza masih marah karena tv-nya yang rusak sementara Kingsley sama sekali tak tampak bersalah. Tapi dia juga senang jika ada yang bersedia mendengarkan ceritanya yang aneh tanpa menganggap dirinya gila.

"Makhluk yang berkata akan menjemputku setelah kematian orang tuaku benar-benar datang." Queenza menghela napas untuk meredam gumpalan tangis yang terasa mencekat kerongkongannya. Selalu seperti itu saat mengingat bahwa orang tuanya telah tiada. "Dia datang hampir setengah tahun lamanya. Entah bagaimana sudah menungguku di rumah. Sepertinya kejadian itu sekitar tiga hari lalu. Tapi aku juga tidak yakin.

"Dia membuatku pingsan. Saat aku sadar, aku berada di rumah yang menyerupai gubuk. Aku tidak tahu sudah berada lama aku di sana. Lenganku terluka," Queenza menunjuk bekas luka di lengannya yang tidak tampak terlalu mengerikan karena daun obat yang dicarikan Mochi di hutan. "sepertinya dia sudah meminum darahku. Lalu saat dia hendak melukai lenganku yang lain, dua makhluk itu datang dan mereka bertiga berkelahi. Saat itulah aku segera melarikan diri."

"Apa dua makhluk itu yang mengejarmu hingga kau jatuh ke kuburanku?"

"Ya, mereka." Queenza bergidik, belum bisa sepenuhnya lepas dari kengerian hari itu meski dia sudah berpura-pura bahwa semuanya normal. "Sepertinya mereka berhasil mengalahkan lelaki yang menculikku lalu beralih mengejarku. Sisanya kau sudah tahu." Queenza mengiris-iris telur di piringnya dengan tak berselera. Nafsu makannya mendadak hilang mengingat semua itu.

"Lanjutkan makanmu, Queenza." Ada nada tegas dalam suara Kingsley. "Jangan khawatir mengenai makhluk-makhluk itu lagi. Selama kau disampingku, kau berada di bawah perlindunganku."

Bibir Queenza mengerucut. "Saat kau disampingku, aku aman dari makhluk-makhluk itu. Tapi barang-barangku tidak aman darimu."

"Aku kan sudah minta maaf. Salahmu juga tidak menjelaskan dengan baik padaku bahwa manusia sekarang bisa berubah menjadi kecil seperti peri bunga lalu masuk ke dalam kotak hitam itu untuk menghibur manusia lainnya."

Kingsley & QueenzaWhere stories live. Discover now