Hinata tidak menyahut, wanita itu malah beranjak untuk menata makanan di meja makan. Berusaha menghiraukan keberadaan Uchiha Sasuke. Kemudian setelah selesai, ia langsung makan dengan cepat. Membuat Sasuke menghela napas. Ternyata wanita hamil lebih sulit daripada misi rank A. Itu bisa setara misi ninja rank S. Bedanya misi rank S memerlukan kekuatan. Jika menghadapi wanita hamil memerlukan ekstra kesabaran.

.
.
.

"Selamat Nyonya, bayi Anda laki-laki. Keadaannya normal dan sehat," ucap perawat yang baru saja memeriksa Hinata.

"Ah, benarkah? Arigatou gozaimasu," jawab Hinata. Wanita tersebut terlalu senang hingga hanya dapat mengucapkan kata terima kasih. Senyumnya bahkan tidak luntur sedikitpun sepanjang jalan. Hingga Naruto dan Shion yang berpapasan dengannya merasa sedikit heran.

"Hinata-san, kau baik-baik saja, bukan?"

Hinata mengangguk mengiyakan. Sedangkan Ino menatap Hinata ngeri. Bagaimana kalau leher Hinata keseleo akibat terlalu bersemangat mengangguk?

"Ku dengar, Sasuke-kun juga mengambil misi mengawal Hokage-sama besok pagi. Apa itu benar?"

"Iya," jawab Hinata singkat.

Ino mengangguk. Wanita hamil tersebut mengajak Hinata untuk makan dango beberapa tusuk. Udara terasa hangat karena saat ini adalah musim semi. Cocok untuk sekadar berjalan-jalan dan menikmati teh hangat.

"Anakku dan anak mu laki-laki. Kita tidak akan berbesan," ucap Ino merajuk setelah mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

Sementara wajah Hinata merona. Wanita itu bahkan belum terpikirkan bagaimana wajah anaknya kelak. Lalu, bagaimana Ino bisa berpikiran jauh sampai ke sana? Hinata ingin tahu.

"Anak mu akan lahir bulan Desember, 'kan? Sama sepertimu rupanya," ucap Ino disela-sela mengunyahnya.

"Kurasa begitu," jawab Hinata seadanya.

Gadis itu mulai menyendok pai sakura yang menjadi hidangan favorit kedai yang sekarang ia kunjungi. Entah kenapa, melihat hiasan bunga sakura di atas painya membuat ia teringat Haruno Sakura, ah, tidak, Sabaku no Sakura. Pikirannya melayang acak pada sosok kunoichi kebanggaan Konoha tersebut.

Saat ia merusak hari pernikahannya. Memukul punggungnya hingga masuk rumah sakit. Dan berbagai peristiwa mengenaskan yang ia alami. Lalu sekarang, ia masih tidak percaya dapat duduk di kursi kedai Konoha dengan tenang dan dalam keadaan mengandung anak Uchiha Sasuke, laki-laki yang Sakura Haruno cintai setengah mati.

"Hinata!"

Hinata menoleh ke belakang bersamaan dengan kedua mata Ino yang terlihat menukik heran. Ternyata yang datang adalah Uchiha Sasuke, suaminya.

"Ya, Anata."

"Pulanglah, Tou-sama memanggilmu."

"Ah, ne."

Ino diam memperhatikan sosok Uchiha Sasuke dengan pandangan menilai. Laki-laki itu semakin gagah dan tampan. Pantas saja dulu selalu dikejar gadis-gadis. Andaikan Uchiha Sasuke adalah sosok yang ramah dan murah senyum, pasti akan mengalahkan ketenaran Uzumaki Naruto.

"Ino-chan, aku pamit. Maaf meninggalkanmu."

"Eh? Tidak apa. Kau pasti ada keperluan, 'kan?" balas Ino sambil mengedipkan sebelah matanya cantik. Dan Hinata merona dibuatnya.

Akhirnya gadis itu melangkah keluar kedai bersama Uchiha Sasuke. Banyak pasang mata memperhatikan mereka berdua. Pasalnya keduanya jarang sekali berjalan bersama. Dan kali ini, mereka berjalan berdampingan. Hingga membuat decak kagum para warga desa Konoha. Ternyata benar, putri sulung bangsawan Hyuuga adalah gadis yang cantik. Dan jangan lupakan wajah rupawan pangeran kegelapan Konoha, Uchiha Sasuke dengan garis rahang yang tegas.

Tidak ada percakapan yang mereka lakukan selama berjalan menuju Kediaman Hyuuga. Hanya ada keheningan yang tenang. Bahkan dapat dibandingkan dengan pasangan Uzumaki Naruto dan Uzumaki Shion yang sepanjang perjalanan terus menerus tertawa dan bercanda. Sangat kentara dengan mereka berdua yang berjalan tenang penuh wibawa, persis seperti klan bangsawan yang sesungguhnya.

"Nee-san!"

Hinata tersenyum ke arah Hanabi. Namun yang Sasuke lakukan adalah berdecak sebal. Ia rasa bungsu Hyuuga tersebut memiliki dua wajah. Wajah manis dan wajah jahat. Dan mau-maunya sang istri dibodohi.

"Nee-san dipanggil Tou-sama. Katanya Tou-sama rindu denganmu," ucap Hanabi.

Hinata mengangguk sebagai jawaban. Dia segera melangkah menuju ruangan sang ayah. Meninggalkan Uchiha Sasuke berdua dengan adiknya.

Sementara Sasuke tengah menatap Hanabi tajam dengan mata kelamnya. Namun Hanabi tidak takut sama sekali. Gadis itu bahkan seolah menantang Sasuke kembali.

"Cih, jadi ini adalah wajah ketua Klan Hyuuga. Wajah beringas yang hampir membunuh kakaknya sendiri demi tahta," ucap Sasuke.

Hanabi yang mendengarnya terdiam. Hatinya sakit saat seseorang menyinggung mengenai kejadian tempo hari. Diantara banyaknya orang, hanya Uchiha Sasuke lah yang berani mengatakan hal tersebut tepat di depan matanya. Tanpa rasa kasihan. Atau malah ingin memojokkan Hanabi sendiri.

"Kurasa beribu maaf tak lagi pantas ku ucapkan. Dengan bodohnya aku melukai kakak ku sendiri. Aku buta akan tahta, jadi aku memanfaatkan kelemahannya. Sasuke-nii, jaga Hinata-nee untukku, aku tidak dapat menjaganya."

Sasuke tersenyum culas kemudian mengacak rambut Hanabi dua kali. Setelahnya laki-laki tersebut berjalan masuk ke Kediaman Hyuuga. Meninggalkan Hyuuga Hanabi yang merona karena perbuatan Sasuke.

"Hanabi, sadarlah! Kau sudah memiliki kekasih!" ucap Hanabi sambil menampar pipinya sendiri.

Sasuke yang melihatnya sedikit menggelengkan kepala. Ternyata semua gadis sama. Selalu melibatkan perasaan dalam banyak urusan. Beruntung ia sudah menikam perasaannya sejak lama. Ia hanya menyisakan satu, perasaan untuk Uchiha Hinata seorang. Dan akan tumbuh seiring lahirnya penerus Uchiha.

"Sasuke-san, kenapa kau disini? Aku baru saja selesai berbincang dengan Tou-sama. Kau juga ingin berbicara dengannya?"

"Tidak, aku hanya ingin melihat kau cepat melahirkan. Aku ingin tahu bagaimana rasanya dipanggil Tou-san," jawab Sasuke.

Dan Hinata tersenyum dibuatnya. Sungguh Sasuke sekarang seperti sedang merayu seorang gadis dengan ucapan-ucapan manisnya. Padahal Hinata rasa Sasuke hanya mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Tidak bermaksud menggoda atau merayu Hinata.

"Kalau begitu aku juga ingin tahu bagaimana rasanya dipanggil Kaa-san."








TBC
Maaf kalo jelek
Kritik dan saran dibutuhkan
Komen yang banyak supaya cepat update



Maafkan saya, telat update karena part ini sempet kehapus. Alhasil saya harus mengulang dari awal. Dan parahnya, part ini sangat berbeda dengan part yang sebelumnya. Entah apa yang ada di otak saya. Yang jelas, saya pusing karena terlalu banyak tugas.

Saya kangen sekolah,

Teman,

Jajanan,

Dan mengantuk waktu mapel Bahasa Indonesia siang-siang.

Okey, segitu ada a/n dari saya,

Author saying goodbye 👋

Red String [End]Where stories live. Discover now