🌙
"Tadaima."
"Okaerinasai, Anata."
Sasuke tersenyum tipis saat bibir lembab istrinya menyentuh pipi sebelah kirinya. Terasa basah dan--entahlah Sasuke juga tidak bisa mendeskripsikannya. Yang jelas hatinya terasa senang bukan main. Tidak kosong dan sakit seperti dulu lagi.
"Undangan dari Kazekage khusus untukmu," ucap Sasuke saat dirinya berhasil duduk di kursi meja makan.
Terdengar suara gelas berdenting. Hinata yang tengah menyiapkan teh hangat seketika menoleh. Dirinya mengerutkan dahi heran. Kemudian melangkah mendekati Sasuke yang duduk di kursi meja makan. Alisnya menyatu saat melihat kertas berwarna merah dengan tulisan putih bergambar bunga sakura pada bagian sampulnya.
"Undangan? Kazekage Sabaku-sama?" tanya Hinata pada Sasuke.
Dirinya meletakkan dua cangkir teh di meja. Dilanjutkan dengan menata makanan. Sementara Sasuke tengah sibuk membaca undangan khusus dari Gaara Sabaku untuk istrinya. Sebenarnya ia hanya penasaran, apa bedanya undangan untuk rakyat biasa dengan undangan untuk istrinya.
"Dia tidak punya selera," ucap Sasuke pelan.
Dia meletakkan kembali undangannya dan menatap Hinata yang tengah mengambilkannya nasi. Selalu saja, Hinata memasak makan malam terlalu banyak. Jadi, Sasuke harus bertanggung jawab menghabiskannya.
"Sakura-san dan Kazekage-sama, kurasa tidak ada pasangan lain yang memandangi ketidakseragaman mereka berdua," ucap Hinata sebelum memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
Sasuke berhenti mengunyah, dia menaikkan satu alisnya sambil menatap Hinata. Padahal Sasuke rasa diantara Rookie 12, mereka berdualah yang paling tidak memiliki keseragaman. Hinata yang tenang, dan Sasuke yang pendiam. Hinata yang terang, dan Sasuke yang suram. Hinata yang penyayang, dan Sasuke yang kejam. Dimana letak keserasian mereka berdua. Hinata yang menyukai Naruto, dan Sasuke yang disukai Sakura.
"Lalu menurutmu apakah kita ini serasi?" tanya Sasuke.
Hinata mengangguk dua kali dengan mulut penuh nasi. Dia segera menelan nasinya, kemudian menegak air.
"Kau tidak suka keramaian, Sasuke-san, begitupun aku. Kau suka ketenangan, aku juga menyukainya. Dan, emmm-- ini sedikit menyinggung, kau dan aku sama-sama dibedakan sejak kecil. Dan masih banyak kesamaan lainnya, kau mau aku menyebutkannya?"
Sasuke meletakkan mangkuk nasinya. Dia menatap setiap bulir nasi yang berada di mangkuk hitam kecilnya dengan pandangan kosong. Melihat hal itu membuat Hinata merasa bersalah. Dia segera bangkit, kemudian menyingkirkan mangkuk nasi milik Sasuke.
"Maaf," ucap Hinata pelan.
Ia segera mendudukkan dirinya di pangkuan Sasuke dengan posisi menyamping. Tangannya mengelus rahang Sasuke lembut, menelusurinya hingga berakhir di pangkal lehernya. Menariknya pelan dan mengecup bibirnya singkat.
"Tolong, bicaralah," bisik Hinata.
Sasuke menghela napas. Malam yang seharusnya menyenangkan malah menjadi suram karena dirinya terdiam. Seharusnya Sasuke pura-pura merajuk saja tadi. Bukannya melamun memikirkan ucapan istrinya.
"Tidak, aku yang salah."
Lalu keduanya terdiam. Sasuke yang mengelus rambut Hinata pelan. Dan Hinata yang hampir tertidur di pangkuan Sasuke.
"Jangan tidur, Hinata! Ini bahkan belum larut malam."
Hinata membuka matanya. Dia kemudian menguap. Berdiri agar sang suami juga bisa berdiri. Hinata kemudian berjalan menuju ruang tamu. Mengambil posisi tidur yang nyaman setelah menghidupkan televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String [End]
FanfictionWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...
![Red String [End]](https://img.wattpad.com/cover/195722217-64-k82083.jpg)