▫️▫️▫️
"Sebenarnya aku masih bingung. Apa motif penculikan kelompok Shitenshounin ini?" tanya Sakura sambil menatap ujung sandal ninjanya. Enggan menatap warga Desa Takumi yang memperhatikannya dan Hinata intens.
Hinata memasang wajah berpikir kemudian menjawab, "Sasuke-san bilang anggota mereka berasal dari warga Takumi no Sato. Bukankah tim Inoshikacho juga ditugaskan menyelidiki kasus ini? Sayangnya Chouji-san berhasil diculik."
Sakura tidak meladeni ucapan Hinata, ia malah mendongak menatap langit. "Langit disini sangat indah."
Hinata yang mendengarnya lantas ikut mendongakkan kepalanya. Sakura benar, langitnya sangat indah. Disini udaranya sejuk, tidak panas seperti Sunagakure atau Iwagakure. Hinata rasa ia akan betah jika tinggal di Desa Takumi.
"Benar, langitnya sangat biru. Seperti warna mata Naruto-san." Hinata berucap tanpa sadar. Sungguh dirinya tidak bermaksud apa-apa. Biasanya, saat malam hari menatap langit. Dia juga akan teringat warna mata Uchiha Sasuke, suaminya, yang sekelam langit malam.
"Hinata, apakah. Emm-- kau masih mencintai Naruto?"
Hinata terdiam sebentar. Naruto itu cinta pertama. Jelas mempunyai tepat tersendiri di hatinya. Namun, keadaannya sudah berbeda. Ia adalah seorang gadis yang sudah bersuami. Jelas ia sudah bersumpah di hadapan Kami-sama jika akan mencintai dan hidup selamanya bersama Uchiha Sasuke, suaminya. Bahkan ia rela menikam perasaannya sendiri. Menghapus nama Uzumaki Naruto dari hatinya.
"G-gomen, aku tidak tahu."
Sakura kembali menunduk sedih. Dirinya tidak habis pikir. Bagaimana bisa Hinata tetap hidup normal saat dirinya harus tinggal satu atap bersama seorang mantan pembunuh seperti Sasuke? Sasuke itu orang yang dingin, kejam, dan tidak main-main. Lalu, bagaimana bisa mereka hidup berdua dengan normal layaknya pasangan suami-istri biasa?
Jika bukan karena Hinata mulai melupakan Naruto, berarti Sasuke yang mulai menerima kehadiran Hinata. Hal itu sudah pasti.
Sakura berucap pelan, "Aku iri padamu."
"Eeh? J-jangan seperti itu. Sebenarnya aku lah yang iri pada Sakura-san. Kau sudah mendapatkan banyak cinta sejak kecil. S-sedangkan aku," balas Hinata pelan.
Namun menurut Sakura, Hinata adalah gadis paling beruntung. Dirinya adalah seorang putri bangsawan Klan Hyuuga yang sangat terkenal. Dibesarkan bagai di kerajaan sejak kecil. Memiliki banyak pelayan yang siap melayaninya setiap hari. Bahkan, Hinata memiliki pelindung seperti Hyuuga Neji yang siap mengorbankan nyawa kapanpun.
"Kau tahu, Hyuuga. Kepolosan mu itu adalah hal paling memuakkan yang pernah kulihat." Sakura tersenyum sinis. Dirinya tidak mudah dibodohi seperti Hinata. Memang Hinata kira dirinya mau berbincang bodoh seperti sekarang? Menatap wajahnya saja sudah muak apalagi mendengar suaranya ?
Tanpa sadar, Sakura dan Hinata berada di daerah paling barat desa. Mereka berdua terus berjalan sambil mengamati keadaan sekitar.
' Sringgg '
Sebuah kunai melesat melewati Sakura dan Hinata. Sontak keduanya melompat berjauhan.
"Kau adalah Haruno Sakura. Murid dari Gondaime Hokage-sama, benarkah begitu?"
Seorang pria berjubah hitam tiba-tiba menyuarakan sebuah pernyataan dari atas pohon. Sakura dan Hinata saja tidak mengetahui keberadaannya sedari tadi. Pria itu tiba-tiba muncul. Membuat Sakura dan Hinata meningkatkan kewaspadaannya.
"Cih, apa mau mu?!" decih Sakura.
Pria berjubah hitam tersebut turun dari sebuah batang pohon. Dirinya membuka tudung jubah yang menutupi wajahnya, tersenyum sinis dan menyeringai ke arah Sakura dan Hinata.
YOU ARE READING
Red String [End]
FanfictionWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...
![Red String [End]](https://img.wattpad.com/cover/195722217-64-k82083.jpg)