▫️▫️▫️
Tsukino tidak dapat menerjemahkan perasaan dalam dirinya. Yang jelas, perasaannya malah terasa kosong. Seakan semuanya telah terenggut akibat kedatangan seseorang yang--. Sudahlah, Tsukino bahkan tidak dapat mengucapkannya. Tubuhnya masih kaku, begitu pula dengan sang ayah.
Saat ini, posisi mereka tengah duduk di meja makan. Hinata telah berganti pakaian santai. Dan hebatnya, Sasuke serta Tsukino tengah duduk termenung menunggu Hinata selesai memasak.
Bahkan, keduanya masih terdiam saat Hinata menata masakannya di meja makan. Sampai akhirnya, Hinata menyiapkan nasi sendirian untuk dirinya sendiri, putranya, dan tentu saja untuk suaminya.
"Apakah kalian hanya akan melamun dan membiarkan masakanku mendingin?" ucap Hinata lembut.
Tsukino yang tersadar langsung mulai melahap masakan ibunya. Satu suapan, dan dia langsung menghentikan makannya. Astaga! Ibunya pandai memasak seperti bibinya ternyata. Ah, tidak! Lebih enak masakan ibunya. Seratus kali lebih enak!
Acara makan malam berlangsung hening. Sasuke tetap diam dengan bibinya. Sementara Tsukino bingung ingin membicarakan hal apa. Sampai akhirnya sebuah anak panah melesat dan menancap tepat di dinding ruang makan. Membuat Sasuke dan Tsukino berjengit kaget.
Hinata yang paham akan keadaan langsung berdiri dan menghampiri anak panah tersebut. Tangannya terjulur untuk mengambil anak panah tersebut. Dan ternyata, terselip sebuah kertas kecil.
Hinata membacanya sekilas dan langsung berlari menuju teras belakang rumah. Sasuke dan Tsukino menoleh ke arah Hinata yang berlari. Keduanya saling melirik kemudian dengan kompak berjalan cepat menyusul Hinata.
Sampai disana, dapat Sasuke dan Tsukino lihat Hinata tengah berbicara dengan seseorang. Hingga Hinata sedikit menggeser tubuhnya. Detik selanjutnya, rahangnya mengeras dan alisnya bertaut tajam.
Di sana, seorang Ootsutsuki yang sama yang membawa Hinata enam belas tahun yang lalu tengah berdiri, berbincang akrab dengan istrinya.
"Oh, suamimu datang," ucap Nanami.
Hinata menoleh ke belakang dan menemukan suami serta putranya tengah berdiri dan menatap tajam ke arah Nanami. Hinata tersenyum, kemudian melangkah ke arah dua orang yang paling ia cintai dalam dunia ini.
"Dia, Nanami, bungsu keluarga inti Ootsutsuki," ucap Hinata.
Nanami tersenyum ke arah mereka berdua yang tidak dibalas sama sekali. Hanya wajah datar dan tatapan tajam yang mereka layangkan kepada Nanami.
Hinata tersenyum kikuk dan menjeleaskan kepada Nanami betapa datarnya sang suami. Sedangkan Sasuke mengamati sang bungsu Ootsutsuki dari bawah sampai atas. Manik hitamnya menelisik sangat teliti. Membuat Nanami tidak nyaman.
"Kau pasti Tsukino Uchiha. Setiap malam Hinata selalu menangis di kamarnya sambil menyebut namamu. Ternyata, kau telah dewasa ya." Nanami berucap ke arah Tsukino.
Dan berkat hal tersebut, perasaan Tsukino menghangat. Ternyata selama ini sang ibu memikirkannya. Dan saat itu juga, ia merasa menjadi remaja paling bahagia.
' Set '
' Set '
' Brakk '
YOU ARE READING
Red String [End]
FanfictionWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...
![Red String [End]](https://img.wattpad.com/cover/195722217-64-k82083.jpg)