Part 20: Illusion

8.1K 825 39
                                        

🌙

"Jangaaaaan~." Uchiha Sasuke berteriak, terbangun dari mimpi tidurnya yang mengerikan. Hari sudah pagi, bahkan langit telah berwarna oranye karena sinar matahari.

Sai dan Naruto masih tidur, dengan posisi yang menurut Sasuke menjijikkan. Naruto menjadikan paha Sai sebagai bantal. Apalagi melihat tangan Sai yang berada di atas perut Naruto, membuat posisi mereka semakin menjadi-jadi.

"Huuuuuh..." Sasuke menghela napas. Detak jantungnya masih bertalu-talu karena terbawa mimpi tadi. Sungguh, mimpi yang mengerikan.

Sasuke berdiri, menatap sinar matahari yang masuk lewat celah ranting pohon. Pikirannya melayang pada mimpinya tadi. Wajahnya nampak lelah.

"Hei, Naruto, Sai, bangunlah. Matahari sudah naik dan aku tidak akan menunggu kalian lebih dari sepuluh menit untuk bersiap." Sasuke berucap sambil mengetuk dahi Naruto pelan. Posisinya berjongkok tepat di atas kepala Naruto yang tidur beralaskan paha milik Sai.

Naruto sayup-sayup mendengar suara gerutuan Sasuke. Matanya terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah sepasang dojutsu berbeda warna yang telah aktif. Membuatnya sontak melebarkan mata dan bergegas bangun. Membuat Sai yang masih terlelap harus memaksakan membuka matanya karena pergerakan mendadak dari Naruto.

Sementara Sasuke tersenyum tipis. Tak menyangka jika membangunkan sang sahabat adalah momen menyenangkan. Kemana saja dia selama ini? Kenapa tidak dari dulu dia membangunkan Naruto seperti ini.

"Sialan kau Teme. Kau memang brengsek sejak lahir." Naruto memaki Sasuke dengan kata-kata kasar. Dirinya baru saja bangun dan langsung melakukan senam jantung tanpa pemanasan. Sungguh pagi yang indah.

"Bangunlah, sepertinya kita hampir sampai di Desa Takumi. Aku merasakan pergerakan besar di sekita sini. Kurasa ada pasar tradisional." Sasuke berucap menganalisis karena setelah dirinya bangun, dia dapat merasakan cakra lemah banyak orang di luar hutan tempatnya bermalam.

Naruto menguap, dirinya masih setengah mengantuk. Namun ia sadar tidak boleh banyak membuang waktu. Akhirnya, mereka bertiga bergegas berjalan menuju kerumunan yang Sasuke maksud.

Benar saja, tak jauh dari tempat mereka bertiga bermalam ada sebuah pasar tradisional. Mungkin tidak terlalu cocok disebut pasar tradisional karena disini kebanyakan menjual peralatan shinobi seperti suriken dan kunai, beberapa kertas peledak, bom asap, dan beberapa lagi menjual gulungan kertas.

Sasuke merasa tak tertarik dengan semua pernak-pernik barang shinobi tersebut. Ia hanya ingin bertanya dimana tempat pemandian umum dan kedai makanan, cukup itu saja. Lain halnya dengan Sai yang terlihat ingin menghampiri salah satu kios penjual gulungan kertas jutsu.

"Apakah kita akan berbelanja?" Naruto bertanya. Dirinya bingung, perutnya sedang lapar dan tubuhnya terasa lengket. Namun jika dilihat sekilas, disini kebanyakan menjual peralatan shinobi dan bukan makanan.

Sai berjalan mendekati seorang wanita paruh baya yang membawa dua kantong plastik berisi sayuran. Dia tersenyum hingga matanya menghilang. Lalu bertanya kepada wanita paruh baya tersebut dimana tempat pemandian umum dan kedai makanan.

"Kalian pasti shinobi yang melakukan misi?"

"Kebetulan iya, bisakah Baa-san katakan dimana tempatnya?"

Red String [End]Where stories live. Discover now