Part 16: Naruto's Hurt

9K 895 26
                                        

🌙

Sasuke duduk termenung di meja makan dengan segelas teh hangat. Kedua netranya menatap kosong ke arah meja berwarna cokelat di depannya, mengabaikan asistensi kepulan asap teh yang semakin lama semakin menghilang.

"Itadakimasu."

"Sasuke-san, makan malamnya sudah siap."

"Aku membuat pai buah, ingin mencoba?"

"Kopi atau teh, Sasuke-san?"

"Emm, apa makanannya tidak enak?"

Sasuke mengumpat pelan. Halusinasi itu terus berputar di telinganya tanpa diperintah. Dan hal itu membuat kepala Sasuke pening. Bahkan sekarang pelipis kirinya berdenyut.

Dirinya menjangkau cangkir teh hangat di depannya. Meminumnya lalu menghela napas. Dirinya sempat mendecakkan lidah saat dirasa tehnya kurang sesuatu. Namun dia sendiri tidak tahu kurang apanya.

"Bahkan, membuat teh manis saja aku kesulitan. Mungkin benar kata guru Kakashi, aku memang membutuhkan istri seperti Hinata."

Sasuke sadar akan hal itu. Selama ditinggal Hinata, dia hanya makan ramen instan atau membeli makanan di kedai-kedai.

Dirinya tak berani menyentuh lemari pendingin untuk mengambil segala macam sayuran dan membuatnya menjadi makanan. Karena ia tahu, dirinya payah dalam hal memasak.

Yang Sasuke tahu, dirinya hanya bisa mengayunkan pedang dan menjalani misi. Selebihnya tidak. Satu-satunya orang yang ia kenal dapat memasak selama ini hanyalah sang ibu, dan istrinya.

Teman gadis satu timnya, Sakura, kurang handal dalam hal memasak makanan. Karin, yang dia tahu hanyalah cara berdandan. Selebihnya Sasuke tidak tahu, dan tidak peduli.

Sekarang masih pukul empat sore. Dan satu jam lagi dia akan menghadiri acara rapat antar anggota klan. Mungkin membahas tentang pengejaran anggota Shitenshounin. Kabarnya, mereka baru saja merampok sebuah kedai Yakiniku di daerah Sunagakure.

Mungkin saja mereka adalah penerus Akatsuki.

Jadi, Kakashi Hatake selaku Hokage keenam langsung mengambil tanggung jawab karena tiga shinobi Konoha terlibat dalam aksi tersebut. Beberapa shinobi Konoha dan juga anbu sudah melacak mereka.

Sayangnya, Shitenshounin terlalu pandai bersembunyi. Hingga anbu sekalipun kesulitan mencarinya.

' Tok tok tok '

Sasuke mengalihkan pandangannya menuju pintu yang sebagian tertutupi oleh tembok yang membatasi ruang makan dengan ruang tamu. Siapa yang bertamu? Biasanya hanya teman Hinata yang datang berkunjung.

Sasuke melangkahkan kakinya menuju pintu. Tangan kanannya terjulur untuk membuka kenop pintu. Sementara tangan kirinya masih menggantung karena belum sembuh. Meskipun sudah diobati, tetap saja masih terasa sedikit nyeri. Bagaimanapun Sasuke tetaplah manusia yang membutuhkan waktu untuk sembuh dari sakit.

"Sore, Sasuke."

"Tumben kau kesini. Ada apa?" Sasuke menjawab dengan posisi masih menghalangi pintu masuk. Sedangkan Naruto tengah berdecak kesal.

"Setidaknya biarkan aku masuk!"

Sasuke mengangguk lalu menyingkir dari tengah pintu. Dirinya berjalan menuju sofa ruang tamu, diikuti Naruto di belakangnya.

Dia dan Naruto duduk berjauhan. Tidak ada teh, apalagi camilan. Karena biasanya Hinatalah yang akan menyiapkan teh dan beberapa makanan jika ada yang berkunjung.

Red String [End]Where stories live. Discover now