Part 28: Dearest

9.4K 779 33
                                        

🌙

"Sasuke-san, bangunlah! Ini sudah pagi," ucap Hinata pelan.

Sasuke merapatkan selimutnya kembali. Kepalanya pusing dan matanya terasa berat. Rasa-rasanya ia ingin berbaring di ranjang seharian ini. Semalam Hinata tidak dapat tidur, istrinya tersebut membuat Sasuke harus terjaga hampir semalaman hanya karena mengusap kepala Hinata sampai istrinya tersebut terlelap.

Tak hanya itu, Hinata bahkan membuat Sasuke bolak-balik pergi ke dapur karena istrinya tersebut meminta berbagai macam minuman. Dan hal itu membuat Sasuke kesal setengah mati. Dan baru saja, istrinya meminta untuk bangun padahal ia baru saja tidur 45 menit yang lalu.

"Anata, maaf membuatmu tidak tidur semalaman. Makanlah sebentar, lalu tidur lagi," ucap Hinata lembut sambil mengusap rambut Sasuke.

Sasuke rasa-rasanya tidak tega mendengar suara lirih istrinya. Ia langsung bangun, membuka matanya lebar-lebar dan tersenyum lembut kepada Hinata, wanitanya, istrinya, dunianya, dan porosnya.

"Tak apa, aku hanya merasa lelah."

Hinata mengecup ringan bibir Sasuke. Kemudian naik ke atas di ujung hidungnya. Dan terakhir mengecup keningnya lumayan lama.

"Astaga, wajahmu bahkan terlihat tampan meski tidak tidur semalaman! Lihat, kantung mata mu saja membengkak. Tapi kau masih terlihat tampan, sebenarnya, apa rahasia mu, Anata?" tanya Hinata curiga.

Sasuke menghela napas. Hal tersebut sudah Hinata tanyakan berkali-kali. Apa ucapannya yang dulu-dulu tidak disimpan dalam memori otaknya. Kenapa sekarang bertanya lagi?

"Tidak ada rahasia, Hinata. Bukankah sudah aku beritahu?"

Hinata membulatkan matanya. Pikirannya seketika melayang kepada kejadian tempo hari saat ia menanyakan pertanyaan yang sama. Dan jawabannya pun masih sama.

"Astaga, kau benar, Anata! Apa mengandung membuat kita kehilangan sebagian memori otak?"

Sasuke mendengus sebagai jawaban. Ia lebih memilih beranjak ke kamar mandi dan melupakan pertanyaan konyol Hinata. Ia butuh mandi, makan, dan tidur untuk sekarang.

Sementara Hinata hanya memandang suaminya aneh. Kenapa Sasuke yang merasa kesal? Seharusnya, 'kan Hinata?

Namun wanita itu tidak ambil pusing. Hari ini adalah jadwalnya memeriksakan kandungan bersama Ino. Perempuan pirang tersebut sudah hamil kurang lebih lima bulan. Sedangkan dirinya sekitar tiga atau empat. Hinata sendiri tidak menghitung.

"Sasuke-san, kau ada misi hari ini?"

Sasuke tidak langsung menyahut. Laki-laki tersebut langsung duduk dan meminum kopinya, berharap dapat menghilangkan kantuk walau sebentar. Tidak mungkin dia sarapan diselingi menguap.

"Tidak, tapi besok aku berangkat ke Sunagakure mengawal Kakashi-sensei."

"Begitu, ya."

Sasuke yang awalnya menguap dan meletakkan kepalanya di atas meja langsung mendongak menatap istrinya. Sadar akan perubahan nada bicara sang istri. Dia langsung mendekat dan memeluk istrinya.

"Kenapa, hmm?"

"Aku akan merindukanmu. Jadi, berikan aku satu pelukan hangat," jawab Hinata.

Perempuan tersebut merentangkan kedua tangannya bersiap menyambut Sasuke. Berharap sang suami akan memeluknya. Namun sudah beberapa detik Hinata merentangkan tangannya, Sasuke tidak kunjung menyambutnya. Alhasil dirinya cemberut.

"Aku sedang malas memelukmu. Bagaimana kalau ciuman saja?" saran Sasuke. Laki-laki jangkung tersebut tahu bagaimana cara membuat istrinya kesal setengah mati.

Red String [End]Where stories live. Discover now