Bab 50

10.7K 321 11
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading...

°°°

"Sial, aku hampir menekannya. Jika aku benar-benar menekannya, kemungkinan kita akan mati!"

"Memangnya kau akan menekan warna apa?" Tanya Alice.

"Merah!" Rebecca menjawab dengan ketakutan di wajahnya, bahkan dahinya sudah berkeringat.

Alice terkekeh pelan dan berucap,"Jika aku telat sedikit saja, kita akan mati di sini." Untungnya dia mengetahuinya dan langsung merebutnya.

"Di tubuhnya tidak ada benda berharga, tetapi dia bisa membawa benda ini. Apakah ini miliknya? Haruskan kita bermain-main sebentar?" Dia bertanya dengan dingin dan menatap remote control di tangannya, ini adalah sebuah permainan besar yang akan mereka lakukan kali ini.

"Apa kau ingin aku membantumu?" Tanya Rebecca.

"Tidak perlu, aku yang akan melakukannya." Alice jelas menolaknya, karena dia ingin menghilangkan rasa bosannya dan melampiaskannya pada Peter yang kebetulan mangsanya.

Rebecca hanya mengangguk dan memilih untuk duduk di sofa yang berada di pojok kamar, dia tidak akan ikut bermain jika Alice tak menginginkannya. Jadi dia hanya akan menontonnya saja.

Alice tersenyum, dia akan mengambil cambuk di dalam tasnya. Tetapi tangannya berhenti saat mendengar nada dering dari ponselnya. Dia segera mengambil ponselnya dan melihat nama si penelpon. Itu dari kakaknya, Steven!

"Ada apa? Aku sedang bermain, kenapa kakak menggangguku?" Keluhnya setelah mengangkat telponnya.

"Tidak usah bermain, kau sudah menemukannya, bukan? Sekarang kau ke aula saja, aku menunggumu di sini."

Alice mendengus tak puas,"Aku ingin bermain dan kau malah menyuruhku ke sana. Tunggu sebentar, aku ingin bermain sebentar dengannya. Setelah itu aku akan ke bawah." Dia segera mematikan telponnya secara sepihak.

Dia menatap Peter yang tak sadarkan diri, meskipun dia tidak bisa bermain dengannya. Tapi dia akan memberikan hadiah untuknya, ucapan selamat tinggal sebelum ia mati. Tangannya segera mengambil pistol di dalam tasnya, dia ingin sekali menggunakan cambuk yang telah di bawanya. Tetapi kali ini dia tidak bisa menggunakannya, karena dia harus segera membunuhnya dengan cepat. Mungkin lain kali dia akan menggunakannya pada musuhnya.

"Sayang sekali, aku tidak bisa menggunakan cambuk. Tapi tidak apa aku akan menggunakan pistol untukmu, Peter." Dia berucap seraya mengangkat pistolnya dan menarik pelatuknya.

Dor!

Alice menembaknya tepat di kepalanya, itu akan membuatnya langsung mati. Untungnya kamar ini kedap suara, sehingga dari luar tidak bisa mendengar suara tembakkannya. Dia kembali memasukkan pistolnya ke dalam tasnya.

"Ayo kita ke bawah, pertunjukan akan di mulai. Aku sudah tidak sabar."

Saat Alice membuka pintunya, dia terkejut saat melihat seseorang yang tak asing lagi baginya. Ia berdiri dengan santai di depannya, sesekali mencoba melihat ke dalam kamar. Dia menjadi waspada padanya dan menghalanginya dengan tubuhnya, agar ia tak bisa melihat ke dalam kamar.

My Bastard CEO [S1 Geofrey] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang