Bab 22

14.7K 505 2
                                    

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading...

°°°

"Nih, kau harus melakukannya untukku. Dan selesaikan sampai jam makan siang, jangan sampai terlewatkan." Caitly berucap sambil menaruh tumpukan berkas di atas meja kerja Alice.

Alice hanya melihatnya dalam diam, entah kenapa ia seperti selalu mencari masalah dengannya dan membuatnya susah. Padahal dia baru bertemu dengannya kemarin, tapi ia sudah memberinya tanda permusuhan dengannya. Dia baru saja sampai sudah di suruh olehnya, mentang-mentang dirinya adalah karyawan baru. Jadinya mereka selalu menganggap sebagai senior dan menganggap dirinya masih junior. Memangnya kenapa kalau dirinya junior? Toh, mereka sama-sama bekerja untuk perusahaan.

"Ini, aku yang harus mengerjakannya? Bukankah ini bukan tugasku?" Alice melihat tumpukan berkas di mejanya, menjadi kesal dengan kelakuan Caitly yang seenaknya menyuruhnya. Padahal dia sendiri memiliki pekerjaan yang harus ditanganinya, kenapa dia harus mengerjakan pekerjaan orang lain? Dia bukan pembantunya.

"Ya, kau sendiri yang harus mengerjakannya. Karena kau baru, kau juga harus mengerjakan tugas yang lainnya." Setelah mengatakan itu dia melenggang pergi dari hadapannya. Sedangkan Alice tercengang melihat kepergiannya, dia bahkan tidak sempat menolak.

Alice ingin sekali merobek mulutnya itu dan mencakar mukanya, hingga membuat wajahnya itu penuh dengan luka cakarannya. Tapi dia sekarang tidak berani untuk melakukannya, itu akan membuatnya semakin bertambah susah. Sekarang saja sudah susah apalagi di tambah jika dia melakukan itu. Dan juga saat ini dia harus berhati-hati, jangan sampai membuat masalah atau memiliki musuh di sini. Karena dia masih baru di sini dan misinya akan gagal jika dia di keluarkan, jadi dia harus menahannya.

Dia menghela nafas panjang saat melihat tumpukan berkas itu, melihatnya saja sudah membuatnya pusing apalagi jika mengerjakannya. Dia menyemangati dirinya sendiri agar memiliki semangat untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.

"Mau ku bantu?" Tanya Rebecca yang sudah berada di samping Alice, dia melihat tumpukan berkas itu.

Alice menggeleng pelan menolak tawarannya,"Tidak usah, aku akan melakukannya. Kau juga memiliki pekerjaan yang harus di kerjakan bukan?" Dia memang tidak ingin di bantu oleh Rebecca, karena jika wanita itu mengetahuinya. Ia mungkin akan terus mencari masalah dan membuatnya susah.

"Iya memang, tapi kalau kau kesulitan kau bisa memanggilku. Okey? Karena kapan saja aku bisa membantumu."

"Okey, thank you."

12:30

Alice merenggangkan tangannya yang pegal karena telah mengerjakan tumpukan berkas. Dia menguap menutup mulutnya dengan tangannya, matanya sedikit berair karena rasa kantuknya. Dia tersenyum melihat tumpukan berkas yang sudah di kerjakannya dan dia sekarang bisa makan siang di kantin dengan Rebecca.

My Bastard CEO [S1 Geofrey] REVISIWhere stories live. Discover now