45 | Baikan

310 53 2
                                    

Sandal swallow aja berpasangan, masa lo jomblo sih.

***

Mobil mewah itu melaju dengan kecepatan sedang, terkadang tersendat ketika harus terjebak dalam kemacetan. Bisingnya deru knalpot, bunyi klakson, serta udara yang panas semakin membuat para pengguna jalanan tidak nyaman. Belum lagi saat melihat gumpalan hitam polusi yang menyebar kemana-mana. Pfffttt hidup di perkotaan tak selamanya menyenangkan.

Melihat sang gadis tidak nyaman dalam posisinya membuat Timothy merasa iba. AC sudah dinyalakan tapi suhu tak kunjung sejuk. Alhasil demi membuat Melody nyaman selama dalam perjalanan, Timothy menggunakan jari-jarinya untuk dikibaskan hingga mengeluarkan sedikit angin. Ia memegang setir dengan sebelah tangan.

"Ah, pingin buka baju!" celetuk Melody memelas. Pantatnya panas bukan main. Baginya ini seperti sedang berada di simulasi neraka jahanam.

"Itu jendelanya tutup! AC nya dari tadi gak kerasa gara-gara udara panas di luar yang masuk ke dalam," jelas Timothy.

"Gak usah terlalu rasional deh. Otak gue malah makin panas, Mo. Mau meledak rasanya," keluh Melody yang membuat Timothy terkekeh. Ia mengacak puncak kepala Melody yang lembab karena keringat.

Jujur saja, Timothy bersyukur keadaan akan membaik secepat ini. Perasaan canggung mulai sirna diantara keduanya. Mereka sepakat untuk melupakan kejadian hari itu dengan bertindak seperti biasanya. Ya, anak kembar yang absurd-nya auzubillahi minzalik.

"Hareudang hareudang hareudang, panas panas panasssss, selalu selalu selalu, panas dan hareudang." di saat seperti ini Timothy ingin sekali merekatkan lakban hitam pada permukaan bibir adiknya itu. Suara fals Melody membuat telinga berdenyut, hati memanas, raga terbakar habis menjadi butiran debu.

Lha jadi nyanyi bangsyat 😇

"Ish. Mulutnya gak usah nyanyi, bisa?!" jengah Timothy. Melody menggeleng gemas, ia menggigit sabuk pengaman seperti anak anjing yang bermain dengan ranting kayu. "Goblok!" umpat Timothy.

"Ngomong apa, hmm?"

Timothy menarik kedua sudut bibirnya secara terpaksa. "Cantik," dustanya sambil menepuk-nepuk kepala Melody.

"Ehehe inces jadi malu," ujar Melody menggelikan. Timothy memalingkan wajah, hatinya berdesir mendapati tingkah gemas sang adik. Tanpa ia sadari daun telinganya memerah karena tersipu.

"Anjing goblok setan bangsat panas gila! Gue gak—"

"Absen satu-satu sekalian sama nenek moyangnya. Mulut lo emang paling jago kalau ngomong kasar. Heran gue sebenarnya mama ngidam apaan sih?!" semprot Timothy. Sesaat Melody cengengesan tak jelas.

"Umm ... Mami ngidam Manu Rios tersayang, tapi gak pernah tercapai. Ya, jadinya gini gue terlalu ngenes," asal Melody. Dia kembali cekikikan ketika sang kakak lagi-lagi mendengus sebal.

Lampu di perempatan sana membidik warna merah. Tadi warnanya sudah hijau, tapi karena padatnya jalanan, mobil Timothy tidak kebagian dan mau tak mau harus menunggu lebih lama lagi. Jangan menyuruh sabar! Kalian juga tidak akan tahan kalau fakta harus mengatakan ini ketiga kalinya mereka menunggu lampu hijau.

"Umm ... Bibirnya masih sakit ...?" tanya Timothy ragu-ragu. Melody hanya berdeham, karena malas. Kan, mereka sudah sepakat untuk melupakan kejadian tempo lalu, tapi Timothy lagi-lagi menyangkutnya. Pfffttt.

Timothy memiringkan badan, setengah menghadap Melody dan menggerakkan jarinya untuk menyentuh permukaan bibir itu. Memang masih merah dan sedikit bengkak, Melody meringis pelan. Yang mana membuat lelaki itu refleks menjauhkan jarinya.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Where stories live. Discover now