6 | Menunggu

814 198 70
                                    

Kenapa sedari dulu, ruang lingkup hidupku hanya sebatas menunggu dan berharap?

Waiting For Love
- Avicii -

***

"Dulu, Melody kecelakaan. Kata dokter yang menanganinya, sebagian besar memori Melody rusak. Dan benar saja, waktu dimana ia bangun dari kondisi komanya, Melody amnesia. Dia bahkan sama sekali gak kenal sama om."

"Umur berapa Melody kecelakaan?"

"Satu bulan sebelum mereka ulang tahun," jawab Harry miris. Manik coklat tegasnya sudah tergenang air mata. Berat, ketika ia harus mengingat masa-masa pahit itu.

"Mereka?" tanya Daffi bingung. Harry mengangguk sekilas, lantas menyeka air matanya.

"Melody terlahir kembar tak identik. Gara-gara kecelakaan itu, mereka harus berpisah. Tapi sampai sekarang, om gak tau dia ada dimana."

Percakapan yang baru saja ia obrolkan bersama Daffi seolah kembali diputar seperti kaset pita kuno. Dari dalam mobil, ia melihat princess-nya tengah bergurau dengan seorang pria tampan. Mereka sebaya, mengingat keduanya masih mengenakan seragam sekolah.

Wajah itu ...

Harry seperti pernah melihatnya beberapa kali. Familiar, walau tampak ada sedikitnya perubahan.

"Baru pulang?" tanya Harry setelah menyelaraskan langkah dengan putrinya. Melody mengangguk gemas.

"Iya Melody dihukum lagi, pi."

"Gurumu itu tadi telepon ke papi. Katanya kamu terapi ikan lagi ya?" lagi, Melody mengangguk. Harry mengelus puncak kepala putrinya sayang. Harry ini tipikal seorang ayah yang jarang sekali memarahi Melody. Ia hanya melakukan itu dikala emosinya sudah benar-benar tersulut. Saat Melody mendapat nilai merah, tak pernah sedikit pun Harry membentak atau menghardik Melody.

"Umm itu tadi siapa?" tanya Harry.

"Pacar Melody dong," bangga Melody terkesan memamerkan.

"Woah, princess papi udah gede ya," ujar Harry dan Melody hanya tersenyum malu. "Namanya siapa?"

"Timothy."

Deg

___


"Princess mau kemana?" tanya Harry begitu Melody melewatinya di ruang keluarga. Keluarga? Bahkan Melody seperti tidak memiliki apa yang disebut keluarga. 

"Jalan," jawab Melody singkat dan ketus. Tampaknya gadis itu masih merajuk atas obrolan semalam.

"Sama Timothy?" tebak Harry. Diam, berarti benar. "Papi udah bilang sama kamu. Putusin Timothy! Dia bukan laki-laki yang baik buat kamu."

Melody membalikkan badannya. Menatap Harry tidak suka. Jujur saja, sebelum-sebelumnya ia tidak pernah merasa seemosi ini. Walau Harry terkesan gila kerja, tapi Melody menganggapnya itu semua sebagai bentuk cinta dari sang papi. Kesal, tapi bukan marah.

"Papi tau apa tentang yang terbaik buat Melody? Papi pernah melakukan hal baik selain kerja terus ngasih banyak uang buat Melody? Papi pernah sekali aja gak telat pulang ke rumah, berangkat gak terlalu pagi cuma buat Melody?" tanya Melody sarkastis. Air matanya sudah membanjiri dan siap tumpah kapan saja ia mengedipkan mata.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Where stories live. Discover now