{32} Perusuh

60.8K 6.3K 50
                                    

Koreksi kalo typo..

Happy Reading!
••••


Karena merasa bosan, Carla memutuskan untuk keluar. Melihat bintang-bintang, yang hanya dapat dilihat di langit perdesaan. Karena cahaya bintang akan kalah dengan cahaya lampu yang padat di daerah perkotaan.

Carla menyusuri jalanan penduduk seorang diri. Teman-teman nya yang lain sedang berkumpul-kumpul di taman belakang vila. Karena kejadian kemarin, dia masih enggan bertemu dengan Alvino. Dia merasa canggung setiap bertemu Alvino.

Di tengah perjalanan, Carla berhenti di sebuah warung penduduk yang menjual minuman hangat. Merasa jika suhu tubuh nya ikut kedinginan karena udara malam.

"Bu, pesen teh hangat nya satu.." Carla duduk di kursi yang tersedia.

"Iya neng. Mau pakai jahe?"

"Nggak usah, bu."

Carla memainkan ponselnya, tak lama kemudian si ibu penjual itu membawa segelas teh manis hangat pesanan Carla.

"Makasih, bu."

"Sama-sama neng."

Melihat jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul sembilan, Carla buru-buru menghabiskan tehnya yang tinggal sedikit. Setelah membayar dan mengucapkan terima kasih, Carla kembali menyusuri jalanan menuju ke vila sambil menyalakan flash dari ponselnya. Karena lampu jalanan tak terlalu terang.

Memasukkan ponselnya ke saku jaket, Carla berhenti sebentar untuk membenarkan tali sepatu nya yang terlepas. Setelah selesai, Carla kembali berdiri. Cewek itu mengeluarkan ponselnya.

Carla mendengus sebal  "Yah, yah.. Kok lowbat".

Saat Carla akan melanjutkan perjalanan, tiba-tiba sebuah kain hitam membungkus kepala nya dari belakang. Lalu menyeretnya berjalan mundur.

"Akhh... Lepasin gue!!" berontak nya.

"Lepasin gue!!"

"DIAM!!?

Carla memberontak berulang kali. Saat dia merasa tubuhnya di seret masuk ke dalam mobil, Carla sengaja menjatuhkan ponselnya. Semoga saja teman-teman nya yang lain, segera menyadari kalau dia tidak ada di vila.

•••••

Tujuh remaja berbeda gender itu tertawa lepas. Permainan tebak gaya yang mereka mainkan cukup untuk menggantikan posisi gadget. Karena sampai saat ini, masih belum ada seorang remaja yang bisa berjauhan dengan gadget.

"Pocong, pocong!"

Naufal yang menjadi peraga itu menggeleng menyalahkan. Dia kembali bergerak untuk memberi petunjuk pada yang lain nya.

"Yang lompat-lompat kalo bukan pocong, apaan coba?" keluh Dara.

"Jawaban nya bener pocong. Kak Nopal aja yang nggak mau kalah!" cibir Clara.

Naufal mendengus, "Apaan coba! Yang bener tuh kodok, bego!" sarkas nya.

"Lah tadi gue ngomong katak lo salahin, kenapa?" Naya berkacak pinggang.

"Ya salah lah. Di kertas nya, tulisan nya kodok!" elak Naufal.

"Kodok sama Katak kan sama. Gimana sih?" Cindy ikutan kesal.

"Tetep aja nyebut nya beda!" keukeh Naufal.

Karena mereka terbagi menjadi dua tim, yaitu tim cewek dan cowok. Akhirnya terjadilah cek-cok di antara mereka. Tim para gadis itu tak terima jika mereka kalah. Sementara para tim cowok malah gencar untuk mengejek mereka.

"Kalah tinggal ngaku, apa susah nya?" sinis Alvino.

Di tengah-tengah perdebatan mereka, seorang cowok yang baru saja masuk itu bertepuk tangan. Membuat perdebatan itu berhenti. Mereka kompak menoleh ke belakang.

"Hebat banget! Gini yang nama nya pertemanan?" ejek cowok itu.

Melihat siapa yang berbicara, tangan Gavin mengepal kuat. Cowok itu ingin sekali memukul wajah cowok yang berbicara itu. Sementara yang lain hanya diam saja. Apalagi yang tidak mengenal siapa cowok itu.

"Ngapain lo disini?" tanya Naya. Yap, Naya mengenal cowok itu. Rifki Putra Alexander adalah sepupu Naya.

Clara, Dara dan Cindy yang tidak tau apapun itu memilih pergi. Enggan jika melihat pertengkaran para cowok itu. Juga tidak mau tau apa yang terjadi sebenarnya. 

"Bukan urusan lo!" ujar Rifki pada Naya. Cowok itu menatap seseorang yang menjadi incaran nya saat ini. "Urusan gue, sama dia!!" lanjutnya sambil menunjuk tepat di depan muka Alvino.

Alvino berusaha menahan emosi nya, "Apa mau lo?!" .

"Kembaliin Nania! Bisa?!"

"Lo gila!! Nania udah meninggal, bego!!" bentak Gavin.

"GUE TAU!? Nania meninggal, karena ulah temen lo itu bangsat!?" bentak Rifki putus asa. Menyebut nama dan membayangkan wajah gadis yang di cintai nya terluka, membuat dirinya frustasi.

"Orang yang lo anggep temen itu, dia udah nusuk lo dari belakang!?" bentak Rifki.

Alis Gavin bertaut, dia melirik Alvino sekilas. Nampak sekali jika cowok itu sedang menahan amarahnya.

"Maksud lo?" tanya Gavin penasaran.

Rifki tertawa miring. "Lo tanya sama temen lo!?" katanya menunjuk Alvino. 

Rifki maju mendekati Alvino."Gue akan bikin lo ngerasain apa yang gue rasain! Lo nggak akan bisa ketemu sama cewek yang lo suka!" bisiknya tajam.

Setelah membuat kerusuhan disana, Rifki berlalu pergi. Membiarkan orang-orang itu berdiam diri disana.

Gavin melangkah mendekati Alvino. Dia mencengkram erat kerah kaos yang di pakai cowok itu. "Apa maksud omongan Rifki?" tanya nya.

"Apa yang udah lo lakuin?"

"Jawab!?" bentak Gavin.

"Kak Gavin!?" teriak Clara membuat Naufal yang akan memisahkan Gavin dan Alvino berhenti. Alvino dan Gavin juga ikut menoleh. Mereka bertiga menghampiri Clara.

"Kakak gue nggak ada dimana-dimana! Dia ilang!" Clara panik bukan main.

"Maksud lo gimana?" tanya Gavin ikut panik.

"Tadi pas gue masuk ke kamar kakak gue udah nggak ada. Gue udah nyari keluar vila tapi nggak ada juga." jelasnya dengan khawatir.

"Kalo gitu kita cari! Malam ini Carla harus ketemu!" ujar Gavin.

Empat remaja itu masuk ke vila, Clara menceritakan kronologinya pada Naya, Dara dan Cindy. Mereka bertiga juga kaget. Pasalnya sejak kemarin Carla tidak mau ikut berkumpul dengan mereka.

••••••

Bocoran, part selanjutnya Terungkap.

Gimana part ini?

Makasih udah baca.

Salam hangat, Author.

Scroll lagi! Masih ada satu chapter.

Zona Mantan ✅[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang