BAGIAN LXI: PERPISAHAN

5.7K 161 5
                                    

BAGIAN LXI: PERPISAHAN

Jerry sudah berhadap-hadapan dengan Rudy di mejanya, di awal hari yang baru dan bulan kompetisi yang baru bagi para pekerja di kantornya itu...

"Rudy... apa kamu yakin, mau resign?"

Rudy terdiam sambil menggigit bibirnya... Ia sudah di kuasai emosi sesaat yang membuatnya mengeluarkan perkataan yang membawa dirinya sendiri begitu merugi... "ng... pak... saya malu kalo harus jujur sekarang... sepertinya,,, saya ngejilat ludah sendiri."

Jerry mulai senyam-senyum. "Iya... saya denger... terusin..."

"Saya... masih mau bergabung dengan perusahaan ini. Dan saya,,," Rudy menarik nafasnya, "Saya mau mengambil tawaran untuk sekolah ke luar negeri, Pak.. saya haus dengan yang namanya pendidikan... Pak Jerry udah pernah denger kisah masa remaja saya... saya pernah..."

"Nyopet...", Jerry menyambung langsung sambil tersenyum kecil. Tapi matanya menatap Rudy dengan hangat. "Rudy..." Ganti Jerry yang buka mulut, "Sebetulnya, saya juga mau tahan kamu jangan resign. Pak Gerard juga suruh saya begitu. Banyak orang gak berharap kamu resign, Rud... bahkan si Valdi..."

Rudy mengangkat kepalanya dengan cepat sewaktu Jerry menyebut-nyebut nama Rivaldi.

"Iya... betul, Valdi...", ulang Jerry. "Kamu harusnya denger, gimana di acara waktu itu, Valdi yang paling kenceng teriakin nama kamu di podium..."

"Bapak tau darimana? Pak Jerry kan duduknya agak di depan..." Rudy meringis kecil. "Dia udah benci banget sama saya, Pak..."

Jerry mengeluarkan sebuah kotak DVD. "Tonton aja ni pilemnya... kamu bisa liat mukanya Valdi... betapa dia bangga sama kamu...", kata Jerry lagi sambil senyam-senyum. "Saya lebih bangga lagi sama kamu, Rud..."

Rudy semakin merunduk, mendengar itu.

"Dengan kehidupan masa kecil kamu yang seperti itu... pasti gak gampang untuk menumbuhkan harapan besar di dalam hati yang sedang kesusahan... tapi kamu bisa. Kamu punya impian dan harapan yang besar bagi orang-orang deket kamu. Dan lebih salutnya lagi, kamu dengan gentle berani mengakui kalo kamu ngejilat ludah kamu sendiri... susah buat gender kita ngelaku'in itu... Butuh kerendahan hati, Rud... kamu begitu muda... tapi kamu udah terlihat berbeda..."

Rudy menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pak Jerry jangan berlebihan. Jangan bikin saya tambah malu. Saya banyak salah sama Pak Jerry..."

Jerry masih tersenyum. Memperhatikan Rudy lekat-lekat. "Saya juga banyak salah, Rud... dan satu persamaan kita yang lainnya,,,"

Rudy langsung merunduk, berpikir nama Wanda akan di sebut-sebut.

"Kita gak pernah nyerah..." Itulah yang keuar dari mulut Jerry. "Saya gak pernah nyerah demi orang-orang yang saya cintai. Dan kamu gak menyerah sama kelemahan diri kamu sendiri. Kamu mau langsung berbalik dan memperbaiki diri. Bahkan berprestasi dengan gemilang. Kamu kuat menanggungnya, Rud... kamu sanggup melepaskan yang memang bukan bagian kamu... terima kasih, Rud..."

Rudy mulai terisak kecil. Ia menyembunyikan wajahnya dengan semakin merunduk saja.

Jerry menghampiri Rudy dan menepuk-nepuk bahunya. "Selamat, ya... keberangkatan kamu,,, udah dipersiapkan sama manajemen. Kamu pergi ke luar negeri dan menempuh pendidikan di sana..."

Rudy mengangkat wajahnya dan mulai tersenyum pada Jerry. "Serius, Pak???"

"Serius...", sahut Jerry. Ia membuka tangannya lebar-lebar agar Rudy menghampirinya. Rudy pun langsung memeluk Jerry dengan erat. "Terima kasih, Pak... saya gak akan lupa... gak akan..."

MENIKAH DENGAN INTEGRITASWhere stories live. Discover now