BAGIAN XXXXIX: "I LOVE YOU"

3.6K 112 6
                                    

BAGIAN XXXXIX: "I LOVE YOU"

Rudy sudah menghubungi Jerry untuk laporan langsung. "Ya, Pak... besok, eventnya udah bisa di mulai..."

"Oke, Rud... ma kasih, ya... kamu udah melakukan pekerjaan kamu dengan baik. Sampai besok, ya. Saya juga baru mau balik..." Terdengar Jerry menyahuti.

"ah? Pak Jerry bukannya... ada acara lagi?" Rudy bertanya dengan hati-hati.

"ng... iya, sih. Kok, tau? Tapi gak jadi. Lagipula,,, hari ini saya kangen mau makan malem di rumah aja...", sahut Jerry lagi sambil terkekeh.

Rudy tampak terdiam dengan segala keruwetan di hatinya. "oh... oke, deh... sampe besok ya, Pak..."

"Oke, Rud..." Jerry pun menyudahi teleponnya.

Rudy terdiam sebentar di dalam mobilnya. Wanda menjanjikannya makan malam bersama di Soneta. Setelah kejadian tadi siang di area parkir,,, Wanda tidak menghindar darinya sama sekali. Bahkan terkesan ingin bertemu dengannya terus. Telepon genggam Rudy pun berbunyi. Nama Wanda muncul di layarnya. "Halo..." Rudy bersuara.

"Hai, Rud!" Suara Wanda terdengar ceria. "Gue punya sesuatu buat lo! Lo suka banget makanan korea kan? Kita makan di Semanggi, ya... di tempat yang pernah lo ajak gue pertama kali itu..."

"Wanda... ng..." Rudy terdengar dilematis. "Kamu... tau gak? Pak Jerry pulang cepet? Katanya, mau makan malem di rumah..." Rudy memberanikan dirinya untuk bertanya. Ia ingin Wanda memilih sendiri. Apakah Jerry... atau dirinya... yang akan di pilih Wanda untuk malam ini.

Wanda terdiam. "Dia mau makan malem di rumah?" Wanda terdengar serba salah.

"Iya... saya gak akan... paksa kamu, kok. Kalo memang... kamu mau batalin janji makan malem bareng saya..."

Wanda mulai gelagapan. "ng... Rud... Jerry pasti cape banget... dan ng... dia pasti laper... dan ng..."

"Wanda... gak apa-apa. Kamu boleh batalin janji kita..."

"ng... tapi..."

"Wanda... gak apa-apa. Saya tau diri, kok..."

"Bukan gitu, Rud!" Suara Wanda sudah terdengar meringis. "Cuma... lo tau kan??? Jerry itu pasti cape banget... dan dia... dia... dia butuh gue, Rud..." Suara Wanda terdengar mencicit. Rudy terdiam. Wanda pun menyambung kembali dengan cepat. "Tapi janji, ya... lo langsung pulang. Gak boleh nunggu'in gue di parkiran lagi. Dan... plissss,,, hati-hati di jalan. Jangan ngebut."

Rudy terkekeh miris. "Pede banget kamu, ya... siapa yang mau nunggu'in kamu di parkiran lagi??? Kapok!"

"Rud!" Suara Wanda terdengar menghentak dengan serius, "Plisss, janjiiii... gak ngebut! Gue gak mau elo kenapa-napa! denger gak, sih?! Jangan bikin pegel, deh!!!" Wanda mulai terdengar merengek.

"Segitu khawatirnya... apa kamu... perduli... saya... selamet di jalan?" Rudy mulai terdengar semakin penasaran.

"Ya, iyalah!!!", sahut Wanda marah. "Janji, Rud! Ayo, ngomong!!!"

"Iya,,, janji...", sahut Rudy sambil mendesah panjang. Sebetulnya, ia sudah merindukan Wanda. Ia selalu rindu...

Wanda terdengar melengos lega. "Oke... sampe besok, ya... kalo bisa, kita makan siang bareng..."

"Wanda... apa kamu... juga kangen sama saya?", tanya Rudy dengan suara kecil yang dipaksakan untuk berani bertanya demikian.

"ng..." Wanda mulai terdengar kikuk untuk menjawab. "Rud... pokoknya,,, gue perduli sama lo. Dan gak mau lo kenapa-napa... oke?"

"Apa kamu... cuma kasian sama saya?", tanya Rudy lagi. masih dengan suara yang semakin mengecil... dan melemah...

Wanda membisu. Sebelum akhirnya menjawab... "Pusing gue, jawab beginian, nih! Pokoknya, lo harus baik-baik aja... dan besok siang, kita makan bareng ya... di tempat biasa atau tempat mana pun yang elo mau... lo tinggal SMS aja..."

MENIKAH DENGAN INTEGRITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang