BAGIAN VI: SEGALA YANG TERSEMBUNYI

4.5K 154 5
                                    

BAGIAN VI: SEGALA YANG TERSEMBUNYI

Sekitar setengah jam sebelum jam makan siang tiba, Jerry menemui Werdi di ruangannya.

"Ya, Pak Jerry? Silahkan... silahkan masuk..." Werdi berbahasa teramat formil. Ia sedang berperan. Begitulah menurutnya di dunia pekerjaan. Harus berperan berbeda... bagaimana menghadapi anak buah, bagaimana bersikap terhadap pimpinan, bagaimana menghadapi rekan sekerja dan... Bagaimana persisnya memanjakan... Wanda. Wanda adalah favoritnya sejak dulu. Ia tak pernah mendapatkan hati Wanda, sebaik apapun dan seloyal apapun ia sudah bersikap sekian lama... Wanda tak pernah bermain hati dengannya. Awalnya, Werdi hanya memperjuangkan egonya semata,,, yang rasanya di injak-injak bila ada perempuan yang tidak bertekuk lutut padanya. Tapi itu hanya di masa-masa pencariannya... lama-lama,,, ia merasa Wandalah yang sanggup membuat ia rela di tindas. wanda berikut segala kekurangannya... Sayangnya,,, Werdi terlambat. Saat ia kembali dari luar negeri demi mendapatkan gelar master di bidang bisnis,,, Wanda sudah menikah dengan laki-laki yang baru di kenalnya hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Werdi selalu berpikir bahwa dirinyalah yang palinbg tahu cara menghadapi Wanda dan mengerti Wanda seutuhnya... Tapi Wanda tidak sependapat. Wanda bahkan tak pernah percaya padanya dalam urusan hati... Werdi terkadang terkekeh geli sendiri melihat bagaimana dirinya mau saja mencampurkan urusan hati ke dalam pekerjaannya dan membawa Wanda ikut serta. Dan saat Werdi memperhatikan sosok Jerry,,, Werdi sempat berpikir... kalau Jerry adalah tipe laki-laki idaman Wanda. Dan Werdi terheran-heran melihat bagaimana Wanda bersikap biasa saja menghadapi tipe laki-laki seperti Jerry. Karena Werdi sendiri merasa, kalau dirinya adalah seorang perempuan,,, ia pasti sudah mengejar cinta matinya seorang Jerry Mardhika...

"Maaf mengganggu nih, Pak...", mulai Jerry sambil melangkah mendekati. "Saya mau laporan tentang perkembangan anak-anak baru yang masih training dan yang masih junior. Khususnya beberapa orang senior yang gak sampe target nih, Pak."

Werdi mengangguk. "Oke... duduk, Pak Jerrrr..." Werdi memposisikan duduknya dengan lebih rileks. "Gimana Rivaldi?", sambungnya, "Dia masih harus diposisikan dalam masa pemantauan ketat yang lebih panjang. Saya gak mau asumsi... tapi dari laporan terakhir Pak Jer tentang seringnya SPK yang nomor telpon di datanya,,, ternyata bukan nomor customernya itu mesti diwaspadai, Pak Jer..."

Jerry mengangguk kecil. "Sudah saya beresin, Pak. Itu nomor mediator. Udah saya push supaya yang datanya bermasalah, cepet diberesin. Rivaldi mulai menunjukkan perubahan, Pak. Prospeknya mulai bertambah. SPK nya juga. Cuma... banyak yang batal D.O. karna ketiadaan unit, Pak. Saya rasa, sih... selama saya tempel terus,,, dia memang udah usaha keras, Pak. Tapi yang saya mau discuss sama Bapak,,, soal Hambali, Pak."

"Jujur... saya dah gak interest sama yang satu itu. Berdasarkan angka, attitude, mau pun kerjasama. Tipe pembangkang, Pak... tapi bodoh cara kerjanya. Dan gak mau di ubah... Dan hati-hati, Pak Jerrr... tipe kompor juga, kayaknya..."

Jerry berkerenyit dahi mendengar itu. Werdi mulai melenguh panjang untuk menjawab tanda tanya di dahi berkerut Jerry itu. "Saya denger brita gak sedap, Pak Jer... Tapi, saya juga gak asal telan. Tampung dulu... Hambali ini ngotot dateng langsung ke saya,,, minta pindah team. Dia buat kesan... Pak Jerry ini gak cocok cara kepemimpinannya. Ya... mungkin,,, terlalu keras?'

Jerry mulai terkekeh kecil mendengar itu. "ooooooh... berita gak sedap dari anak buah yang kadang gak suka dengan cara kita sebagai pemimpin, bukannya hal biasa, Pak? Kita kan orang kerja, Pak. Mereka juga. Kita kan gak ngelonin anak orang supaya dapet yang enak-enak terus sesuai maunya, Pak... tapi kita kan harus didik mereka... supaya kerja bener dan menghasilkan... dan halal... moga-moga tercapainya seperti itu ya, Pak..."

Werdi berdehem kecil dan mengubah posisi duduknya yang di rasa agak tak nyaman. "Betul... saya setuju, Pak Jer... Saya juga gak setujuin permintaan Hambali itu. di ladang subur kayak gini aja, angkanya rotring... gimana pindah ke cabang lain yang lebih berat? Saya percayalah... dengan jam terbang senior macam Pak Jer ini... Pak Jer udah tau cara menghadapi setiap pribadi mereka. Lakukan aja yang perlu Pak Jer lakukan... Tapi,,, bila ada masalah yang di luar wewenang Pak Jer... diskusi aja ma saya, ya. Harapannya sih, supaya kita sama-sama berhasil bina cabang ini ya..."

MENIKAH DENGAN INTEGRITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang