BAGIAN LV: PENGAKUAN DAN KEBERSAMAAN

3.2K 132 5
                                    

BAGIAN LV: PENGAKUAN DAN KEBERSAMAAN

Igor memandangi tulisan di whiteboard dengan mata berkaca-kaca, saat briefing gabungan di awal hari baru saja mau di mulai...

Kasak-kusuk pun mulai bertebaran. "Napa si Boss? Mendadak mellow?"

"Kangen bini kali..."

"Kelilipan duit... jadi terharu..."

"Dasar gak peka lo, semuanya...", sahutan Alex mengejutkan semuanya. Semuanya pun memicing ke arah Alex. Termasuk Wanda. "Dia lagi bangga liat hasil kerja keras kita... so far, kita udah cukup membanggakan... kita udah cetak sejarah di cabang ini, frens..." Alex manggut-manggut dengan dada membusung dan senyuman bangga.

"Mang nya..." Rino mulai ikutan nimbrung, "Angka kita udah segitunya? Gue males liat data. Udah gak pede ngalahin Timur, soalnya... mustahil, soalnya... mustahil..."

Alex geleng-geleng kepala sambil menemplak kepala Rino. "Makanya", mulai Alex, "Cuma angka lo doang, tuh..." Alex mengarahkan pandangannya ke papan putih tak jauh di depannya, yang masih saja di pandangi oleh Igor, "Angka lo doang yang gak naek-naek... mustahil bagi lo, apalagi bagi yang lainnya. Kan elo yang bisa ubah itu jadi naek, apa jadi turun!"

Rino memanyunkan bibirnya. Ia melihat namanya dari dulu, selalu saja ada di urutan terbawah. "Padahal, gue udah pasang iklan di net... prospeknya gak ada yang SPK..." Rino geleng-geleng kepala sambil mendecak kecil.

"Lo konsultasi, dong... sama Pak Igor... kayak anak-anak yang laen... biar tau, di bagian mana yang salah... atau memang cuma harus nunggu waktu menuai aja... lo males, sih... maunya duit di depan, kerja lelet!!! Anak Timur, tuh... gesit-gesit..."

"Iyalah! Duitnya juga kuat!!!", protes Rino.

"Masih alesan aja, lo! Ada juga yang masih kere di situ! Tapi cetak angka lebih banyak berkali-kali lipat dari angka lo!", sahut Alex. Ia melirik ke Wanda sejenak. "Contoh tuh, si Wanda...", Alex menoleh lagi pada Rino, "Gue salut sama dia..."

"Apanya yang mau disalutin? Duitnya juga banyak! Gue aja di sewa jadi jongos kampretnya!", protes Rino lagi.

"Berarti dia lebih pinter. Lo blo'on... lo kerja jadi sales apa jongos doang???", sahut Alex lagi dengan nada jengkel. "Susah loh,,, keluar dari watak manja... gue tau banget... itu susah... gue mantan anak papi dulunya..." Alex mendecak kecil. "Dia cepet juga adaptasinya... kita kasarin rame-rame, gue pikir, umurnya cuma sehari di sini... eh, dia malah makin ngotot..."

Rino jadi merenung sambil memandangi Wanda yang sudah sibuk mengeluarkan bahan laporannya untuk Igor.

"Apa lagi lebihnya, lex? Gue gak nyangka, lo bisa liat orang ampe ke kancutnya..." Rino geleng-geleng kepala dengan mata menerawang nakal. Alex menemplak ubun-ubunnya lagi. "Jaga mulut, lo! Udah sepantesnya, kita kasih dia respect!", damprat Alex.

Rino mulai mengelus-elus kepalanya yang sering jadi bantalan tangan Alex kalau kesal. Bahkan bila Alex kehilangan sebuah ballpoint pun, pasti kepalanya yang jadi tempat mampir telapak tangannya Alex itu. Rino tak menyalahkan Alex. Ia memang sering meminjam ballpoint Alex tanpa ingat untuk mengembalikannya lagi. Bahkan terkadang, Rino juga lupa mengembalikan kalkulator, stabilo, pembolong kertas, steples,,, juga duit pinjaman.

"Ya!!!", tahu-tahu Igor berbalik cepat sambil menggebrak mejanya. Membuat semuanya terkejut. "Saya bangga!!!", kata Igor... memandangi semua anak buahnya dengan mata berkaca-kaca. "Bulan ini... kita pasti menang..." Igor melirik pada Wanda. "WANDA FELICIA..." Igor menyebut nama Wanda dengan kencang... dan lengkap. "Kemari, cantik...", kata Igor sambil senyam-senyum.

MENIKAH DENGAN INTEGRITASWhere stories live. Discover now