BAGIAN XI: HAMBALI

3.5K 129 8
                                    

BAGIAN XI: HAMBALI

Siang yang terik... tapi disertai dengan angin yang sepoi-sepoi, membuat orang bisa memaksakan matanya untuk tetap membuka dengan sangat... berat...

Beberapa orang yang berkumpul di sebuah tempat makan masakan Padang yang mereka anggap sebagai base camp, sudah berwajah kuyu dan layu...

Hambali menghitung orang-orang yang berkumpul di situ... Rivaldi, Rena, Marko, Ribka, Asti, Ridwan, Sonny, Della bahkan Richard, si calon supervisor junior. Hambali seorang yang masih tegak berdiri dengan pose sambil bertolak pinggang. "Huah! Cad! lo cepet naek, deh! Biar lo gusur tuh si Jerry! Bikin gerah!", kata Hambali pada Richard. "Gue dukung banget lo yang jadi supervisor di sini. Si Rudy biar ke laut, aja! penjilat banget tuh orang! Biar kena azab tuh, monyong!"

Yang bernama Richard, kulitnya berwarna sawo matang, mukanya persegi dan tubuhnya agak gempal, padat berisi. Orang-orang menjulukinya dengan sebutan "pendekar".... alias pendek kekar... Dan si pendek kekar ini dengan tenang membuka mulutnya. "Firman mana?", tanyanya, tak menyahuti Hambali sama sekali. Dan Hambali tak menyembunyikan raut kecewanya di saat Rivaldi menyahuti, "Firman lagi nemenin si Dessy..."

"Pacaran ya, mereka?", tanya Asti.

Rivaldi mengangkat bahu. "Mobil Dessy lagi di bengkel. Jadi dia minta tolong Firman. Kebetulan searah... si Dessy ngebet mau ambil data..."

"Jadi sales aja, gak usah jadi counter...", celetuk Hambali dengan nada kesal.

"Emang... semangat sih, semangat... tapi ngaku-ngaku mulu, kalo semua customernya di rebut... bete gue...", sahut Asti, menimpali dengan bibir manyun sambil menyeruput juice jeruknya. Dan sebentar-sebentar, ia melirik arlojinya.

"ah,,, mang lo tukang rebut customer orang... sama kayak anak baru, tuh... si Wanda...", sahut Richard pendek.

"Bro... si Firman mulai gak jelas, nih... lo gimana donk, bro... adem ayem aja...", kata Hambali lagi setengah sewot.

Firman menyalakan rokoknya. Lalu mulai mengepulkan asapnya. "Emangnya gue harus ngapa'in?", tanyanya.

"Ya... lo kompak, donk... datengin si Pak Werdi, kita laporin si Jerry rame-rame...", sahut Hambali antusias.

"Kalo Jerry dilengser, siapa yang bantu gue?", tanya Richard lagi. Sambil melepuskan asap rokoknya kembali...

"Mang nya, dia bantu lo apa, bro?! Dia gak nyari unit. Sante aja. Pak Werdi yang cari unit. Dia gak kasih kelonggaran discount! Bikin SPK pada batal! Gue denger-denger, si Ichal yang baru aja, udah complain..."

Richard terdiam. Masih acuh tak acuh. "Sekarang, kalo gue turutin elo, gue dapet apa???"

"Yaaaa, kita gak gerah, lah! Bisa dapet receh...", sahut Hambali lagi.

"Kalo ada kasus sulit, lo jamin bisa bantu gue kasih solusi?", tanya Richard lagi, masih adem ayem. "Gak setimpal nih, ma uang receh doang... embat discount, maksud lo? cuma itu???" Richard terkekeh. "Gak mutu banget tawaran lo, Ham..."

Hambali mulai naik turun dadanya. Ia melihat Rivaldi duduk resah sambil terus melirik arlojinya. "Kenapa sih, lo? Valdi!", Hambali ganti terfokus pada Rivaldi.

"Bro,,, sori nih... gue ada janji ma customer...", sahut Rivaldi.

"alaaaahhhhh! Lo jualan juga dapet apa? Yang enak si Jerry!" Hambali mengibas tangan dengan marah.

"Dapet duit insentif, lah!" Malah Richard yang menyahuti. "Kalo dia nongkrong di sini terus, dia dapet apa dari lo, bro??? Lo aja gak jualan-jualan... ngemeng aja, lo!"

MENIKAH DENGAN INTEGRITASTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon