BAGIAN XXXII: KETERBUKAAN

3.1K 113 5
                                    

BAGIAN XXXII: KETERBUKAAN

Wanda sedang menikmati hari minggunya... Sayangnya, tidak bersama Jerry. Jerry sedang mendapat tugas dari kantor untuk menjadi PIC di pameran yang berlokasi di Cyber Park, Bekasi. Dan Wanda pun mulai mengisi waktunya dengan mengikuti saran dari Rudy. Ia mulai mau bertandang ke toko buku... hanya beda satu lantai dengan lantai di mana Jerry sedang bertugas mengawasi anak-anak buahnya...

Wanda mulai menghampiri rak-rak yang penuh dengan jejeran buku-buku marketing. Juga buku-buku motivasi, buku-buku bisnis dan sempat mencuri-curi pandang pada bacaan favoritnya... Romance. Ia melirik sejenak pada judul yang tertera di satu buku... CINTA JARAK JAUH. Selintas, judul itu mengingatkannya pada Werdi. Ia masih teringat bagaimana mata Werdi memandangnya dengan remuk saat ia menemui Werdi untuk terakhir kalinya dan mengabari,,, bahwa ia baru saja menikah...

Werdi tak berkata apapun. Diam dengan limbung di tempatnya duduk, di sebuah restoran di Jakarta Selatan, saat duduk berhadap-hadapan dengannya.

"Aku gak percaya...", kata Werdi di saat itu. "Kamu bercanda..."

"Kenapa?", sahut Wanda saat itu. Masih penasaran dengan perasaan Werdi yang sesungguhnya.

"Aku tau, kamu cinta mati sama aku, Wanda..."

"ng... tapi cinta gue,,, hidup,,, buat suami gue, kok..."

"Aku gak percaya..." Werdi terus menggeleng sampai Wanda menunjukkan sehelai foto resepsi pernikahannya dengan Jerry di Ritz Carlton Ballroom, Jakarta. Wanda pun baru tersadar, kalau Werdi pernah melihat wajah Jerry melalui selembar foto itu. Karena Jerry memang tidak banyak berubah. Masih fit, atletis dan gagah seperti saat Wanda menikah dengannya

Wanda mulai menggamit buku novel itu dan mendesah. Emang gak jodoh, batin Wanda... Ia langsung mengusir bayangan Werdi jauh-jauh dari benaknya. Ia masih ingat tujuannya kemari... membeli buku tulis dan buku marketing. Wanda pun membangunkan semangatnya kembali... Aku bukan nol besar, batinnya. Sampai sepasang tangan besar mampir ke wajahnya, menutup kedua matanya dari belakang. Wanda mengendus bau parfum yang familiar di ingatannya. Ia langsung menarik tangan itu untuk membuka... dan Wanda langsung mendapati wajah Werdi saat Wanda membalikkan badan. Werdi sedang tersenyum begitu bahagianya.

"Haloooo, ciiin...", sapa Werdi.

"Ngapa'in lo di sini?!!!", sahut Wanda galak.

"Loh..." Werdi mengajak Wanda untuk mengikuti arah matanya yang memutar ke sekelilingnya. "Ini kan tempat uuuumum..."

"Lo pasti nguntit gue!!!"

"Kepedeaaaan..." Werdi tergelak. "Aku lagi cari buku..."

"Ah? Buku? Buku apa?"

"Kamu lupaaa?" Werdi mendecak sambil geleng-geleng kepala, "Dari dulu, aku doyan baca buku sampe abis... buat nutrisi otak... sekarang, yahhh... kadang-kadang baca-baca ebook di ipad... tapi kangen sama buku yang bisa di raba, di terawang... di,-"

"Oh, ya udah..." Wanda memotong untuk berbalik pergi dengan cepat. Tapi Werdi langsung menggamit tangannya. "Eh, ciiin... mau kemana?"

Wanda mengangkat buku di tangannya dengan asal. "Mau bayar!!!" Ia hendak menghindari Werdi dengan segera.

Werdi mulai memicing saat membaca judul buku. "Cinta jarak jauh??? Sama siapa???"

Wanda baru tersadar, bukan buku itulah yang hendak ia beli. "Eh? Waduh, salah ambil...", gumamnya kecil sambil matanya mencari-cari lagi ke rak buku-buku marketing yang tak jauh di sisi kirinya.

"Kita makan siang, yuk!", ajak Werdi.

Wanda langsung berbalik menghadap Werdi dengan marah. Ia mulai berbicara setengah berbisik dengan nada nyinyir... "Sampe kapaaaannn,,, lo sadaaar... gue udah merit!!!"

MENIKAH DENGAN INTEGRITASWhere stories live. Discover now